Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Baru Buktikan Virus Corona Bukan Hasil Rekayasa di Laboratorium

Kompas.com - 20/02/2020, 18:03 WIB
Amalia Zhahrina,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Menurut Hall, klaim virus corona adalah rekayasa tidak memiliki dasar yang jelas, sehingga ia mendukung para ilmuwan berdasarkan bukti yang ditunjukkan.

Baca juga: Gambar Virus Corona Wuhan Covid-19 Dirilis, Begini Penampakannya

Tim itu juga mengatakan jika virus itu dimanipulasi oleh para peneliti laboratorium, itu akan dibangun dari "tulang punggung virus yang sebelumnya digunakan". Namun, hal tersebut tidak terjadi.

Para peneliti menyarankan dua jalur yang memungkinkan untuk evolusi virus. Satu teori melibatkan virus yang berevolusi melalui seleksi alam melalui inang hewan sebelum melompat ke manusia.

Di sisi lain, nenek moyang virus melompat dari hewan ke manusia dan adaptasi selanjutnya terjadi dalam penularan dari manusia ke manusia sampai virus tersebut tumbuh cukup efisien, sehingga wabah dapat lepas landas.

Analisis dari ilmuwan lain juga menunjukkan bukti nyata evolusi alami.

Baca juga: Indonesia Masih Negatif Virus Corona, Benarkah Tak Mampu Deteksi?

Trevor Bedford, seorang peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Center yang berbasis di Seattle yang berfokus pada pemodelan penyebaran cepat dan evolusi virus juga sampai pada kesimpulan yang sama.

"Melihat distribusi mutasi, tampak bahwa perbedaan genetik dalam nCoV2019 konsisten dengan perbedaan yang diharapkan muncul selama evolusi alami," tulisnya dalam media sosial.

Tetapi para penulis makalah mengatakan ada beberapa contoh peneliti yang mendapatkan virus SARS dalam pengaturan laboratorium.

Menurut tim peneliti, meskipun bukti genom tidak mendukung gagasan bahwa SARS-CoV-2 adalah konstruksi laboratorium, saat ini tidak mungkin untuk membuktikan atau menyangkal teori-teori asal lain yang dijelaskan di sini.

"Tidak jelas apakah data masa depan akan membantu menyelesaikan masalah ini. Identifikasi sumber hewan terbaru akan menjadi kunci untuk memecahkan misteri tersebut," imbuh tim peneliti.

Ketika menyerukan perbaikan sistem respon penyakit menular China, Presiden Xi Jinping mengatakan peningkatan biosecurity telah menjadi prioritas nasional.

Bahkan, dinilai perlu untuk mempercepat undang-undang tentang biosecurity.

China memang memiliki wabah sindrom pernafasan akut yang parah, atau SARS karena kebocoran dari laboratorium pada tahun 2004. Akibatnya, satu orang tewas dan virus corona yang menyebar menginfeksi sembilan orang lainnya.

Baca juga: WHO Resmikan Nama Virus Corona Wuhan COVID-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau