Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemanasan Global Ancam Lapisan Tanah Beku Kutub Utara, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 19/02/2020, 19:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Editor

KOMPAS.com - Bumi semakin hangat akibat perubahan iklim yang kian cepat. Hal ini juga menjadi ancaman pemanasan global yang berpotensi melelehkan lapisan tanah beku di Kutub Utara.

Permafrost adalah lapisan tanah yang membeku yang mengandung batu-batuan, tanah, pasir dan lapisan es yang ada di Kanada, Alaska dan Siberia.

Melansir VOA Indonesia, Rabu (19/2/2020), lapisan ini memiliki kandungan karbon yang kaya akan sisa-sisa kehidupan yang pernah ada di Kutub Utara. Termasuk di antaranya tanaman, hewan dan mikroba.

Para ilmuwan khawatir perubahan iklim telah menghangatkan benua Arktik atau Kutub Utara dan sekitarnya. Proses ini terjadi dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Baca juga: Lapisan Es di Greenland Mencair Tak Lazim, Begini Dampaknya Bagi Dunia

Jika hal ini terus berlangsung, maka permafrost ini akan melepaskan karbon dioksida (CO2) yang dapat semakin menghangatkan Bumi.

Permafrost yang merupakan lapisan tanah beku yang telah ada sejak lama ini, tidak hanya akan melepas karbon dioksida. Lapisan ini juga berpotensi melepas gas metana yang tersimpan selama ribuan tahun di dalam lapisan bumi yang membeku.

Sebelumnya, para ilmuwan memperkirakan proses tersebut terjadi secara berkala dan memberikan cukup waktu kepada manusia untuk melepas emisi karbon secukupnya.

Baca juga: Kutub Utara Mencair, Muncul 5 Pulau Baru yang Sebelumnya Tiada

Namun, dalam sebuah kajian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience belum lama ini, proyeksi jumlah karbon dioksida yang dilepaskan akibat pencairan es secara perlahan dan stabil ini tidak memerhatikan dampaknya pada beberapa jenis bongkahan es.

Sebab, beberapa bongkahan es ini bisa hancur secara tiba-tiba dalam hitungan hari.

"Meski pencairan permafrost secara tiba-tiba ini akan terjadi di kurang dari 20 persen wilayah yang beku, ini akan meningkatkan proyeksi pelepasan karbon di permafrost hingga sekitar 50 persen," ujar peneliti utama, Merritt Turetsky yang juga kepala dari Institute of Arctic and Alpine Research di Boulder, Colorado.

Ribuan ton karbon dioksida di dalam Permafrost

Turetsky mengatakan dengan adanya berbagai skenario tentang pemanasan global di masa depan, pencairan laposan es secara tiba-tiba ini juga melepaskan sejumlah karbon ke atmosfer.

Untuk diketahui, permafrost ini membentang ke wilayah yang luasnya hampir sama dengan gabungan negara Amerika dan Kanada.

Lapisan tanah beku ini menyimpan sekitar 1.500 ton karbon, dua kali lebih banyak dari yang ada di dalam atmosfer dan tiga kali lebih banyak dari yang dilepaskan manusia sejak revolusi industri.

Bahkan, sebagian dari tanah yang dulunya sekeras batu ini, sekarang mulai melunak.

Baca juga: Pemanasan Global, 2019 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Mengubah kehidupan masyarakat adat dan mengancam inbfrastruktur hingga ke wilayah dekat Kutub utara, khususnya Rusia. Kendati demikian, bukti tersebut mempertanyakan apakah permafrost ini mulai melepaskan gas metana atau karbon dioksida dalam jumlah yang signifikan.

Bahkan, proyeksinya dinilai tidak pasti, sebab ilmuwan mengatakan emisi masa depan dapat diimbangi dengan vegetasi bari yang dapat menyerap dan menyimpan karbon dioksida.

Dalam sebuah laporan studi yang dirilis September lalu menyatakan, badan ilmiah perubahan iklim PBB atau IPCC melihat ada dua skenario.

Apabila manusia dapat mencegah pemanasan global pada suhu di bawah dua Celcius sesuai dengan tujuan utama dalam perjanjian iklim Paris 2015, yakni wilayah permafrost menunjukkan penurunan sebesar 24 persen pada 2100.

Baca juga: Perubahan Iklim Bangkitkan Virus Kuno yang Terperangkap dalam Es

Menurut IPCC, dalam kasus yang ekstrem, apabila emisi bahan bakar fosil terus meningkat hingga 50 tahun ke depan, maka satu hal yang mungkin tidak akan terjadi, hingga 70 persen permafrost dapat menghilang.

Studi itu mencatat, model iklim yang ada saat ini tidak diperhitungkan kemungkinan runtuhnya permafrost dalam waktu yang cepat dan jumlah gas yang mungkin dilepaskan. Pencairan lapisan es secara tiba-tiba adalah hal yang cepat dan dramatis.

"Hutan bisa berubah menjadi danau dalam waktu satu bulan, tanah longsor dapat terjadi tanpa peringatan, dan liang rembesan metana yang tidak terlihat bisa saja menelan mobil salju," ungkap Turetsky.

Hal itu merupakan dampak perubahan iklim yang semakin membuat pemanasan global mengancam pelelehan permafrost, lapisan tanah beku di Bumi.

Baca juga: Lapisan Es di Greenland Mencair Tak Lazim, Begini Dampaknya Bagi Dunia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau