Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Angga Ariestya
Dosen

PhD candidate Institute of Communication Studies & Journalism, Charles University, Praha. Dosen Komunikasi Strategis Universitas Multimedia Nusantara.

Refleksi Kesadaran Lingkungan dari Orangutan Borneo

Kompas.com - 19/02/2020, 12:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini terjadi karena adanya perasaan merasa senang setelah unggahan tentang orangutan Borneo di media sosial karena merasa perbuatannya akan memberikan manfaat positif untuk orang lain.

Jika setiap orang merasakan hal tersebut maka mendorong tindakan kolektif di masa depan.

Jangan hanya sekadar "slacktivisme"

Banyak kritik tentang aktivisme di media sosial. Aktivisme nyata tidak hanya diwujudkan dalam bentuk klik tombol likes di media sosial, kemudian share/repost sambil memberikan sedikit caption dan hashtag.

Ada komentar cukup menarik dari Evgeny Morozov (2009) yang mengatakan bahwa merasakan senang setelah melakukan aktivisme di media sosial karena berdampak positif bagi banyak orang, sesungguhnya mereka sedang terjebak dalam ilusi slacktivist yang sebetulnya tidak memiliki dampak sosial apa pun.

"Slacktivisme" merupakan kata lain dari clicktivism, yakni suatu fenomena aktivisme masyarakat dengan cara melakukan klik atau menyebarkan konten tertentu di media sosial.

Morozov menambahkan bahwa slacktivism hanya tipe aktivisme ideal bagi generasi yang malas.

Banyaknya aktivisme di media sosial juga tidak lantas menjadi tindakan kolektif. Definisi tindakan kolektif sebagai niat, bukan hanya satu tindakan, untuk melakukan sesuatu secara nyata apa yang bermanfaat bagi kelompok.

Sangat disayangkan apabila aktivitas lingkungan dari kesadaran lingkungan yang telah terbangun dari viralnya foto orangutan Borneo hanya berakhir sebagai slacktivism.

Seseorang jangan kemudian merasa senang telah melakukan aktivisme lingkungan karena melakukan klik tombol likes, share/repost di media sosial masing-masing, serta memberikan caption dan hashtag saja tidak akan menyelamatkan orangutan Borneo dari ancaman kepunahan.

Saat ini yang dibutuhkan adalah tindakan kolektif yang berdampak nyata, misalnya melakukan advokasi kebijakan untuk reforestasi dan restorasi lahan daripada sekadar slacktivism semata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau