Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biosimilar Trastuzumab, Pengobatan Kanker Payudara dengan Biaya Lebih Murah

Kompas.com - 19/02/2020, 08:04 WIB
Amalia Zhahrina,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Kanker payudara merupakan salah satu tipe kanker yang paling umum didiagnosis di Indonesia.

WHO mencatat, lebih dari 58.000 kasus baru kanker payudara dilaporkan pada 2018. Namun hanya 20 hingga 25 persen dari pasien kanker yang didiagnosis positif Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2).

HER2 merupakan sebuah reseptor protein dalam sel normal maupun sel kanker.

Namun, pada penderita kanker payudara yang positif HER2, reseptor protein ini mengalami overekspresi atau kelebihan dalam produksinya, bahkan sepuluh kali lipat.

Oleh karena itu, obat yang dianjurkan bagi penderita positif HER2 adalah Trastuzumab. Obat ini berfungsi sebagai anti-HER2 yang dapat mengurangi pertumbuhan HER2 pada sel kanker.

Selain itu, Trastuzumab dikonsumsi untuk menambah survival atau hidup pasien selama 8,5 bulan.

Baca juga: Awas, Bungkus Makanan Panas Pakai Kantong Plastik Picu Kanker Payudara

"Dia bekerja dengan memblock HER2 protein yang berperan penting untuk pertumbuhan sel, yang tadinya selnya kena overekspresi, jadi berkurang..Obat anti-HER2 itu juga tidak bisa bekerja sendiri, harus ditemani sama kemoterapi," ungkap Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi, Dr. Walta Gautama ST, SpB(K) Onk.

Sayangnya, satu Trastuzumab memiliki harga kurang lebih Rp 21 juta dan dikonsumsi 18 kali dalam setahun, sehingga banyak pasien yang tidak mampu membiayai pengobatan tipe kanker ini.

Untuk mengatasi masalah ini, dua perusahaan farmasi global, Mylan dan PT Indofarma menemukan obat biosimilar Trastuzumab dengan nama produk Hertraz.

Biosimilar adalah obat dari organ biologi yang memiliki kemiripan sturuktur dan manfaat dengan obat sebelumnya yang sudah berada di pasaran.

“Dari organ biologi. yang artinya tadi dia melalui penelitian. Obat bisa dari tumbuh-tumbuhan, bisa dari sintetik, bisa dari apa saja," sambungnya saat ditemui pada acara peluncuran obat biosimilar Trastuzumab dengan nama Hertraz di Kuningan, Jakarta (18/02/2020).

Walta menekankan bahwa obat biosimilar adalah obat yang sangat mirip baik bentuk dan kegunaannya dengan obat original.

Khasiat dan efek samping yang dihasilkan juga sama dengan obat Trastuzumab yang mahal itu.

Baca juga: Wanita Wajib Tahu, Payudara Padat Berisiko Tinggi Kena Kanker Payudara

"Dengan adanya teknologi biosimilar yang bisa menghasilkan obat dengan kemiripan struktur dan manfaat yang sama dengan obat originalnya, harga jual obat bisa lebih murah karena tidak ada biaya risetnya," sambungnya.

Menurutnya, penemuan obat biosimilar Trastuzumab merupakan kabar bahagia untuk semua orang karena dapat memperingan biaya pengobatan kanker payudara positif HER-2.

Sayangnya, obat ini belum dapat ditanggung dengan BPJS dan baru tersedia di rumah sakit swasta.

"Dari PERABOI kita berharap, dari pada kita ngongkosin yang jumlahnya banyak, ongkosnnya jadi banyak, tapi duitnya cuman segitu, akhirnya tidak kepakai buat banyak orang, kan mendingan dipakai yang manfaatnya banyak, yang berpeluangnya lebih besar,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau