Kesadaran lingkungan atau istilahnya environmental consciousness terwujud ketika seseorang telah berperilaku pro-lingkungan.
Manuel Sanchez (2010) dalam artikelnya pernah mengutarakan cara mengukur kesadaran lingkungan seseorang tersebut.
Untuk menghasilkan seseorang yang pro-lingkungan atau sadar lingkungan, maka dimensi afektif, kognitif, dan disposisi harus saling berhubungan sebab-akibat satu sama lain sehingga bermuara pada dimensi aktif.
Dimensi afektif merupakan kepercayaan atau nilai-nilai yang diyakini. Dimensi kognitif merupakan pengetahuan atau informasi yang dimiliki atau didapat seseorang dari lingkungannya.
Dimensi disposisi adalah sikap personal dari pengetahuan atau informasi dan keyakinan yang dimiliki.
Sementara itu, dimensi aktif merupakan perilaku pro-lingkungan itu sendiri.
Menurut Sanchez, jika pengetahuan atau informasi yang didapat seseorang menghasilkan kepercayaan atau nilai tersendiri, mereka akan merasa bertanggungjawab untuk menjaga lingkungan sehingga perilaku pro-lingkungan akan terwujud dan seseorang menjadi aktif menjaga lingkungannya.
Foto orangutan Borneo di media sosial menjadi asupan pengetahuan dan informasi bagi seseorang yang menerimanya.
Hal ini karena aksi simboliknya yang penuh makna menimbulkan keyakinan seseorang akan suatu nilai tertentu sehingga merasa bertanggung jawab atas apa yang tengah mengancam orangutan Borneo.
Alhasil, mereka menjadi aktif untuk berperilaku pro terhadap lingkungan dengan cara melakukan aktivisme lingkungan.
Perpaduan konten media sosial berupa foto, caption, dan hashtag merupakan perpaduan yang kuat.
Merujuk pada fenomena keviralan foto orangutan Borneo, hal itu memperlihatkan bahwa aktivisme lingkungan telah aktif.
Media sosial menjadi wadah yang sangat menunjang terjadinya aktivisme lingkungan tersebut.
Setidak ada tiga wujud aktivisme di akar rumput dalam media sosial berkaitan dengan fenomena viralnya orangutan Borneo, yakni:
Secara khusus tentang poin ketiga dari aktivisme lingkungan yang dilakukan di media sosial, berdasarkan studi yang pernah dilakukan Mindi D Foster et al (2019), aktivisme di media sosial apabila berdampak positif maka dapat mewujudkan tindakan kolektif.