Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Angga Ariestya
Dosen

PhD candidate Institute of Communication Studies & Journalism, Charles University, Praha. Dosen Komunikasi Strategis Universitas Multimedia Nusantara.

Refleksi Kesadaran Lingkungan dari Orangutan Borneo

Kompas.com - 19/02/2020, 12:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kesadaran lingkungan

Kesadaran lingkungan atau istilahnya environmental consciousness terwujud ketika seseorang telah berperilaku pro-lingkungan.

Manuel Sanchez (2010) dalam artikelnya pernah mengutarakan cara mengukur kesadaran lingkungan seseorang tersebut.

Untuk menghasilkan seseorang yang pro-lingkungan atau sadar lingkungan, maka dimensi afektif, kognitif, dan disposisi harus saling berhubungan sebab-akibat satu sama lain sehingga bermuara pada dimensi aktif.

Dimensi afektif merupakan kepercayaan atau nilai-nilai yang diyakini. Dimensi kognitif merupakan pengetahuan atau informasi yang dimiliki atau didapat seseorang dari lingkungannya.

Dimensi disposisi adalah sikap personal dari pengetahuan atau informasi dan keyakinan yang dimiliki.

Sementara itu, dimensi aktif merupakan perilaku pro-lingkungan itu sendiri.

Menurut Sanchez, jika pengetahuan atau informasi yang didapat seseorang menghasilkan kepercayaan atau nilai tersendiri, mereka akan merasa bertanggungjawab untuk menjaga lingkungan sehingga perilaku pro-lingkungan akan terwujud dan seseorang menjadi aktif menjaga lingkungannya.

Foto orangutan Borneo di media sosial menjadi asupan pengetahuan dan informasi bagi seseorang yang menerimanya.

Hal ini karena aksi simboliknya yang penuh makna menimbulkan keyakinan seseorang akan suatu nilai tertentu sehingga merasa bertanggung jawab atas apa yang tengah mengancam orangutan Borneo.

Alhasil, mereka menjadi aktif untuk berperilaku pro terhadap lingkungan dengan cara melakukan aktivisme lingkungan.

Aktivisme lingkungan di media sosial

Perpaduan konten media sosial berupa foto, caption, dan hashtag merupakan perpaduan yang kuat.

Merujuk pada fenomena keviralan foto orangutan Borneo, hal itu memperlihatkan bahwa aktivisme lingkungan telah aktif.

Media sosial menjadi wadah yang sangat menunjang terjadinya aktivisme lingkungan tersebut.

Setidak ada tiga wujud aktivisme di akar rumput dalam media sosial berkaitan dengan fenomena viralnya orangutan Borneo, yakni:

  1. aktivisme dalam bentuk alert, yaitu memberikan penamaan, peringatan, atau pemberitahuan tentang kejadian ini di media sosial,
  2. amplify yaitu meningkatkan jumlah orang yang melakukan kontak dengan pesan dengan cara memproyeksikan foto orangutan Borneo tersebut dan atau teks ke ruang publik untuk menghasilkan percakapan. Dalam hal ini, orang-orang yang tergerak melakukan aktivisme lingkungan dengan melakukan repost foto orangutan Borneo tersebut dan menambahkan caption serta hashtag yang menggugah orang lain untuk ikut ambil bagian atau paling tidak berkomentar,
  3. engagement yaitu mengambil tindakan nyata dari individu dan tindakan kolektif yang bertujuan memperbaiki keadaan.

Secara khusus tentang poin ketiga dari aktivisme lingkungan yang dilakukan di media sosial, berdasarkan studi yang pernah dilakukan Mindi D Foster et al (2019), aktivisme di media sosial apabila berdampak positif maka dapat mewujudkan tindakan kolektif.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau