KOMPAS.com – Banyak orang berpendapat bahwa orang dewasa yang terkena penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) akan lebih parah level sakitnya.
Terkait hal itu, Dr Tedjo Sasmono selaku Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology mengatakan bahwa tingkat keparahan DBD tergantung pada banyak hal.
“Pertama adalah jenis virusnya,” tutur Tedjo kepada Kompas.com, Kamis (6/2/2020).
Tedjo mengatakan virus dengue terdiri dari empat jenis, yaitu virus dengue serotipe-1, serotipe-2, serotipe-3, dan serotipe-4.
Keempat jenis tersebut, biasa disingkat DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, hidup di Indonesia dan memililiki karakteristik masing-masing.
“DEN-1 punya ciri khas, ketika masuk ke suatu daerah yang belum pernah terjangkit sebelumnya, virusnya sangat cepat menyebar. Namun, tidak menyebabkan penyakit parah meski kasus yang ditimbulkan banyak,” papar Tedjo.
Baca juga: 4 Jenis Virus Penyebab Demam Berdarah dan Karakteristiknya
Bagaimana dengan DEN-2 dan DEN-3? Tedjo menyebutkan bahwa kedua jenis ini merupakan jenis yang paling ganas.
“DEN-2 dan DEN-3 cenderung menyebabkan keparahan penyakit. Kalau kena, tingkat keparahannya tinggi. Hal ini terjadi di Indonesia juga luar negeri,” tambahnya.
Sementara itu, DEN-4 adalah jenis virus yang paling sedikit ditemukan serta tidak ganas.
“DEN-4 paling jarang ditelit, karena paling sedikit jumlahnya di Indonesia dan di luar negeri. Kami (Eijkman Institute) telah melakukan penelitian ke 20 kota di Indonesia, dan DEN-4 paling sedikit jumlahnya. Virusnya cenderung agak silent, tidak masif,” papar Tedjo.
Hal kedua yang berpengaruh terhadap parah atau tidaknya penyakit DBD adalah tingkat imunitas individu, yang terpengaruh oleh kekebalan populasi.
“Parah atau tidaknya penyakit DBD tergantung pada imunitas masing-masing orang. Tidak semua orang penyakitnya parah. Ada juga yang hanya demam, dua atau tiga hari kemudian sembuh,” tutur Tedjo.
Baca juga: Lupakan Sejenak Virus Corona, Demam Berdarah Menghantui Kita
Tedjo menyebutkan bahwa pada umumnya gejala DBD adalah demam tinggi tanpa disertai flu atau batuk.
“Berarti sudah pasti terkena virus kan itu. Separah apa, tergantung imun kita,” lanjutnya.
Secara statistik, lanjut Tedjo, wanita dan laki-laki memiliki prevalensi yang sama terhadap kasus DBD. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki kasus DBD yang lebih parah dibanding pria.
Begitu pun dengan anak yang mengalami obesitas, orang dewasa, serta bayi.
“Orang dewasa cenderung lebih parah karena sudah punya penyakit penyerta misalnya diabetes, jantung, ginjal. Sementara bayi, imunnya belum terbentuk sehingga pasti lebih parah,” lanjut Tedjo.
Penelitian juga membuktikan bahwa orang ras Afrika lebih tahan terhadap DBD dibanding orang Asia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.