Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama dalam Sejarah, Antartika Lewati Suhu 20 Derajat Celcius

Kompas.com - 14/02/2020, 18:31 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Untuk kali pertama dalam catatan sejarah, Antartika mencapai suhu di atas 20 derajat celcius.

Pada Minggu (9/2/2020), tim peneliti Brasil di Pulau Seymour mencatatkan suhu 20,75 derajat celcius. Suhu itu hampir 1 derajat lebih tinggi dari rekor sebelumnya, 19,8 derajat celcius di Pulau Signy pada Januari 1982.

Padahal, seminggu sebelumnya National Meteorological Service juga mencatatkan rekor hari terpanas dalam sejarah suhu Antartika Argentina, yakni 18,3 derajat celcius di stasiun penelitian Esperanza, ujung Antartika.

Salah satu peneliti Brasil yang tergabung dalam Terrantar, proyek pemerintah Brasil yang memonitor dampak perubahan iklim di Antartika, Carlos Schaefer, mengatakan kepada AFP, kami belum pernah melihat suhu setinggi ini di Antartika.

Baca juga: Antartika Sembunyikan Ngarai Terbesar, Peta ini Tunjukkan Buktinya

Dia lantas menjelaskan bahwa suhu 20,75 derajat celcius hanya terjadi sekali sehingga tidak bisa digunakan untuk menjelaskan tren perubahan iklim atau memprediksi perubahan iklim ke depannya.

"Ini hanya sebuah titik data. Sebuah sinyal bahwa sesuatu yang berbeda sedang terjadi di suatu area," katanya.

Meski demikian, Schaefer bersama tim peneliti mengakui bahwa rekor suhu terbaru ini "sangat luar biasa dan abnormal".

"Kami telah melihat tren pemanasan (global) di berbagai situs yang kami monitor, tetapi kami tidak pernah melihat hal seperti ini," ujarnya kepada Guardian, Kamis (13/2/2020).

Suhu yang labil

Selama 20 tahun terakhir, temperatur di semenanjung Antartika, Pulau-pulau Shetland Selatan dan Kepulauan James Ross yang mencakup Seymour memang tidak teratur.

Setelah mendingin pada dekade pertama abad ini, temperatur di wilayah tersebut dengan sangat cepat menghangat.

Baca juga: Titik Terendah Daratan Bumi Ternyata Ada di Antartika Timur

Penyebabnya, menurut tim peneliti Terrantar, adalah perubahan arus lautan dan El Nino.

"Kita mendapati perubahan iklim di atmosfer yang sangat terkait dengan perubahan di permafrost dan lautan. Seluruh hal ini saling terkait," ujar mereka.

Dampaknya di Antartika bervariasi. Sementara suhu di bagian timur dan tengah Antartika tergolong stabil, tidak demikian dengan bagian barat Antartika.

Pencairan gletser Thwaites dan Pine Island di bagian barat Antartika telah menyebabkan kenaikan muka air laut yang tidak signifikan.

Akan tetapi, bila suhu terus meningkat, bukan berarti gletser-gletser lain tidak akan terdampak.

Para ilmuwan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) memprediksikan bahwa bila perilaku manusia tidak berubah, maka permukaan air laut akan jadi 30-110 sentimeter lebih tinggi pada akhir abad ini.

Lalu, bila seluruh es di Antartika mencair, permukaan air laut akan naik hingga 50-60 meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau