Para ilmuwan kemudian menggunakan perangkat lunak tersebut untuk mensimulasikan pembentukan bintang dan galaksi. Mulai dari awan gas beberapa ratus ribu tahun setelah Big Bang.
Baca juga: Galaksi Terbesar di Jagat Raya Tertangkap Kamera NASA
"Dalam banyak aspek, hasil kami sangat dekat dengan apa yang sebenarnya kami amati dengan teleskop," jelas Kroupa.
Selanjutnya, simulasi ini menghasilkan pembentukan galaksi cakram yang berputar seperti Bima Sakti dan hampir semua galaksi besar lain yang dikenal.
"Simulasi materi gelap, di sisi lain, sebagian besar membuat galaksi tanpa seperti materi cakram berbeda," kata ilmuwan.
Perhitungan berdasarkan keberadaan materi gelap juga sangat sensitif terhadap perubahan parameter tertentu, seperti frekuensi supernova dan pengaruhnya terhadap distribusi materi di galaksi. Namun, dalam simulasi MOND, faktor-faktor ini hampir tidak berperan.
Baca juga: Rahasia Alam Semesta, Kenapa Langit Senja dan Fajar Berwarna Orange?
Kendati demikia, hasil terbaru yang diterbitkan dari Bonn, Praha dan Strasbourg tidak sesuai dengan kenyataan. Kroupa menegaskan simulasi hanya langkah awal.
Sebagai contoh, ilmuwan sejauh ini hanya membuat asumsi yang sangat sederhana tentang distribusi materi asli di kondisi alam semesta muda.
"Kita sekarang harus mengulangi perhitungan dan memasukkan faktor pengaruh (pembentukan galaksi di alam semesta) yang lebih kompleks. Lalu kita akan melihat apakah teori MOND benar-benar menjelaskan kenyataan," sambung Kroupa.
Baca juga: Video Simulasi Ini Tunjukkan Hubungan Intim Lubang Hitam dan Galaksi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.