KOMPAS.com - Sebuah utas yang membahas tentang vaginismus viral di Twitter sejak Minggu (2/2/2020).
Istilah vaginismus memang terdengar sangat asing.
Dalam instagram story @racunwarnawarni, dia mengatakan bahwa vaginismus ditandai dengan tidak bisa dilakukannya penetrasi ke vagina.
"Ketahuannya sih biasanya setelah menikah, nggak bisa penetrasi penis. Kalau belum menikah, kadang ketahuan karena nggak bisa pakai tampon. Atau ketahuan pas harus melakukan prosedur medis tertentu yang mengharuskan pemeriksaan transv, dan nggak bisa," tulisnya.
Baca juga: Perlukah Beli Obat Pembersih Kewanitaan untuk Bersihkan Vagina?
Baru tau tentang Vaginismus dari igstory Mba Arum @.racunwarnawarni
Ini aku capture beberapa yang penting. Dan ternyata Vaginismus belum diketahui penyebabnya apa :’ pic.twitter.com/GDfyXNtFxr
— Luluvs (@luluhusnaa) February 2, 2020
Ketidaktahuan tentang vaginismus tak jarang justru menimbulkan anggapan yang tak benar.
Sering perempuan dengan vaginismus diceraikan, diselingkuhi, dipukul, diabaikan, dianggap tidak menyukai pria, dianggap penyakitan, dan lain sebagainya.
Di Instagram, penyintas vaginismus Dian Mustika membagikan pengalamannya memiliki vaginismus. Dia sempat tak bisa berhubungan badan dengan suaminya karena vaginismus, tapi akhirnya sembuh berkat terapi.
"Tak menyangka bahwa kami ditakdirkan untuk tidak bisa berhubungan suami-istri layaknya pasangan normal lain. Setidaknya selama 2 tahun pernikahan. Tidak ada yang mengira bahwa Saya menderita Vaginismus. Sebuah kekakuan otot pada vagina yang tidak Saya kehendaki & tidak dapat Saya kontrol, sehingga penetrasi tidak dapat dilakukan," tulisnya mengawali cerita.
"Vaginismus dikategorikan sebagai kontraksi otot di sekitar vagina yang tidak disadari dan tidak dapat dikendalikan," kata Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Bamed Women's Clinic, dr Ni Komang Yeni SpOG, dalam sebuah acara bertajuk " Vaginismus dan Difungsi Seksual Perempuan", Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Kontraksi otot atau kram tersebut dapat terjadi secara terus-menerus atau berulang di sepertiga daerah bagian luar vagina. Yaitu daerah perineum sampai otot levator ani, dan otot pubococcygeus.
Dijelaskan dr Yeni, kontraksi otot yang berlebihan dapat menyebabkan nyeri, sulit,d atau bahkan tidak dapat melakukan penetrasi saat berhubungan seksual.
Hal ini terjadi karena otot puboccygeus berperan dalam proses buang air besar, buang air kecil, berhubungan seksual, orgasme, dan proses melahirkan.
Dilansir WebMD, perempuan yang menderita vaginismus, otot-otot vaginanya akan mengencang ketika ada sesuatu yang masuk, entah itu penis, tampon, atau alat medis untuk cek kesehatan.
Kondisi ini membuat tidak nyaman dan bisa menyakitkan. Namun dengan latihan khusus, vaginismus dapat disembuhkan.
Seks yang menyakitkan seringkali jadi tanda pertama seorang perempuan menderita vaginismus.