Vaksin tidak pernah berhasil dipasarkan karena SARS berhasil diatasi dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat sebelum vaksin siap. Percobaan awal manusia untuk vaksin MERS menunjukkan keberhasilan pada Januari 2018.
Tetapi para ilmuwan memiliki metode untuk mengembangkan vaksin yang dapat membantu mereka mempercepat produksi untuk virus corona baru. Mereka menggunakan template untuk vaksin SARS dan menukar kode genetik yang cukup yang akan membuatnya bekerja untuk virus baru.
"Saya menyebutnya plug and play," kata Dr. Corbett.
Dalam beberapa jam, Dr Corbett dapat menyiapkan urutan modifikasi yang dibutuhkan oleh para peneliti. Pada hari Selasa, 14 Januari, tim mengadakan panggilan konferensi untuk membahas langkah-langkah selanjutnya dengan kolaborator di laboratorium di seluruh negeri dan mengirim urutan ke Moderna.
Para ilmuwan berencana untuk menggunakan informasi genetik untuk membuat RNA messenger sintetis, yang membawa instruksi untuk mesin pembuat protein sel.
Teknologi ini akan membantu menginduksi tingkat antibodi yang tinggi yang dapat mengidentifikasi protein lonjakan serta melawan infeksi.
Dr Corbett mengatakan bahwa begitu Moderna memproduksi RNA messenger dalam beberapa minggu, NIH akan menjalankan lebih banyak tes.
Baca juga: Hanya dengan Daya Tahan Tubuh Bagus, Bisakah Kita Sembuh dari Virus Corona?
Setelah itu, kolaborator di laboratorium akademik akan menguji vaksin pada tikus yang terinfeksi virus dan memeriksa sampel darah dari hewan tersebut untuk melihat seberapa baik vaksin eksperimental bekerja.
Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular di NIH mengatakan ia mengharapkan penelitian vaksin bisa bergerak cepat.
"Jika kita tidak mengalami hambatan yang tidak terduga, kita akan bisa menjalankan uji coba Fase 1 dalam tiga bulan ke depan, yang akan menjadi rekor kecepatan," katanya.
Sementara itu, peneliti lain menggunakan metode yang berbeda untuk mengembangkan vaksin mereka.
Baca juga: Terobosan Signifikan, Ahli Duplikat Virus Corona untuk Tangani Wabah
Inovio, yang juga mengembangkan vaksin untuk MERS, menggunakan teknologi berbasis DNA. Sedangkan Johnson & Johnson memberikan vaksin melalui adenovirus - yang dapat menyebabkan gejala seperti pilek tetapi tidak berbahaya.
Para peneliti di Universitas Queensland juga sedang menguji partikel yang meniru struktur virus.
“Kami tidak tahu pendekatan vaksin mana yang akan berhasil pada tahap ini, jadi kami harus mencoba segalanya dalam gudang senjata kami,” kata Dr Gregory Poland, pakar vaksin di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.
Paul Stoffels, Kepala Petugas Ilmiah Johnson & Johnson, memperkirakan diperlukan delapan hingga 12 bulan sebelum vaksin perusahaannya mencapai uji klinis pada manusia.