KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan di Australia menjadi yang pertama dalam menciptakan ulang virus corona baru di luar China. Mereka menyebutnya "terobosan signifikan".
Hasil penelitian ini akan dibagikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan harapan dapat membantu upaya diagnosa dan menangani virus tersebut.
Para ilmuwan di China sebelumnya telah berbagi runutan genom virus corona yang baru, namun bukan virus itu sendiri.
Wabah virus corona tersebut telah menewaskan 106 orang di China dan menginfeksi lebih dari 4.500 orang.
Baca juga: WHO Akui Salah Nilai Risiko Virus Corona
Ada sedikitnya 47 kasus di 15 negara lain, termasuk di Thailand, Prancis, AS, dan Australia. Namun sejauh ini belum ada pasien dengan virus corona di luar China yang meninggal dunia.
Para peneliti dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity di Melbourne, Australia, menyatakan berhasil mengembangkan duplikat virus corona baru dari seorang pasien yang tertular.
Dilansir ABC News, Rabu (29/1/2020), tim ilmuwan mendapat sampel virus dari seorang pasien yang terinfeksi sejak Jumat (24/01/2020).
"Kami berhasil mengembangkannya (virus). Fantastis," ucap Mike Catton, wakil direktur Doherty Institute antusias.
Kepada ABC, dokter Catton mengatakan bahwa penemuan ini sangat penting untuk mendapatkan vaksin virus corona Wuhan yang tepat.
Nantinya, para ilmuwan akan menguji setiap vaksin potensial dan bagaimana reaksinya terhadap virus di laboratorium.
Ini juga akan memungkinkan para peneliti mengembangkan tes untuk mengidentifikasi orang yang mungkin terinfeksi virus, bahkan sebelum salah satu gejala muncul.
Untuk kasus virus corona di Australia, pasien yang menunjukkan gejala awal terinfeksi menjalani pengujian di rumah sakit.
Kemudian sampelnya dikirim ke Doherty Institute, satu-satunya laboratorium di Australia yang dapat menguji sampel dan memberikan hasil akurat apakah seseorang terinfeksi virus corona atau tidak.
Sejak duplikat virus berhasil dikembangkan Catton dan timnya, ini akan memberi gambaran tentang virus corona 2019-nCoV ke dunia dan bagaimana meresponsnya.
Para dokter mengatakan duplikat virus yang ditemukan para peneliti dapat berfungsi sebagai materi kontrol dan bakal mengubah keadaan untuk kepentingan diagnosis.