Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/01/2020, 14:05 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Virus corona Wuhan (2019-nCoV) merupakan virus yang cukup ganas dan menyerang pernapasan. World Health Organization (WHO) telah menetapkan virus corona memiliki potensi risiko tinggi di China, regional, dan global.

Namun, jika sistem kekebalan tubuh kita bagus, kemungkinan kita terpapar virus ini juga semakin kecil. Hal itu diungkapkan Prof Amin Soebandrio selaku Direktur Eijkman Institute for Molecular Biology.

“Jika sistem kekebalan tubuh kita cukup bagus, maka kita tidak akan tertular. Kalaupun sakit (tertular), tidak akan berat. Bisa sembuh dengan sendirinya jika sakitnya ringan,” tutur Prof Amin kepada Kompas.com, Selasa (28/1/2020).

Baca juga: Pasien Terinfeksi Bisa Menularkan Virus Corona Wuhan ke 2-3 Orang Lain

Sebenarnya, lanjut Prof Amin, tidak semua orang yang tertular virus corona akan mengalami sakit.

“Mereka yang tertular tidak semuanya mengalami sakit berat. Beberapa orang memiliki gejala yang ringan, seperti gejala influenza. Beberapa orang gejalanya ringan dan sembuh sendiri,” tambahnya.

Hal senada diungkapkan oleh Dokter Spesialis Paru RS Awal Bros Bekasi Timur, dr Annisa Sutera Insani, SpP.

Menurut Annisa, jika daya tahan tubuh kita baik, kemungkinan tertular virus corona pun akan sedikit.

“Virus corona akan menjadi gejala kalau daya tahan tubuh rendah,” tuturnya kepada Kompas.com.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Wuhan Dijuluki Kota Zombi dan Diisolasi

Meski begitu, masyarakat harus tetap waspada ketika virus corona berujung penyakit berat.

“Kalau sakitnya cenderung menjadi berat, sistem kekebalan tubuh kita mulai kalah, di situlah kita harus mendapat perawatan,” tambah Prof Amin.

Petugas medis berada di pintu masuk ruang isolasi penyakit menular tempat dirawatnya wisatawan berkewarganegaraan China yang diduga terjangkit Virus Corona di RSUD Provinsi NTB di Mataram, Selasa (28/1/2020). Saat ini pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB masih melakukan pengawasan dan isolasi terhadap seorang bayi berusia 1,5 tahun asal Hainan, China yang berlibur bersama keluarganya ke Lombok dan mengalami sakit dengan gejala panas dan susah menelan serta demam mencapai 38 derajat celsius. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI Petugas medis berada di pintu masuk ruang isolasi penyakit menular tempat dirawatnya wisatawan berkewarganegaraan China yang diduga terjangkit Virus Corona di RSUD Provinsi NTB di Mataram, Selasa (28/1/2020). Saat ini pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB masih melakukan pengawasan dan isolasi terhadap seorang bayi berusia 1,5 tahun asal Hainan, China yang berlibur bersama keluarganya ke Lombok dan mengalami sakit dengan gejala panas dan susah menelan serta demam mencapai 38 derajat celsius. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/aww.

Metode PCR untuk deteksi dini

Prof Amin menyebutkan, salah satu upaya deteksi dini virus corona adalah metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

“Metode ini digunakan untuk pemeriksaan DNA dan identifikasi virus. Namun, metode PCR saat ini tidak spesifik untuk virus corona Wuhan (2019-nCoV), tetapi virus corona secara keseluruhan,” paparnya.

Baca juga: Kemenkes: Tidak Ada Orang yang Terjangkit Virus Corona di Indonesia

Jika hasilnya positif, lanjut Prof Amin, selanjutnya dilakukan konfirmasi lewat sequence alias rangkaian pemeriksaan kembali DNA.

“Kemudian hasil dari sequence tersebut kami bandingkan dengan preferensi DNA yang ada,” tambah dia.

Metode PCR diketahui telah dikembangkan untuk diagnosis berbagai penyakit infeksi, seperti hepatitis, HIV, Human Papillomavirus, dan tuberkulosis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com