KOMPAS.com - Para peneliti dari Columbia melakukan rekayasa genetik pada nyamuk agar dapat kebal dari virus demam berdarah.
Demam berdarah menjadi penyakit yang rentan terjadi di daerah tropis dan biasanya lebih sering muncul di musim penghujan.
Namun, pulih sekali dari penyakit demam berdarah, belum tentu Anda bisa bebas dari penyakit ini lagi.
Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk yang ditandai dengan demam, ruam dan nyeri, sehingga mampu melemahkan daya tahan tubuh.
Baca juga: Kasus Pertama di Dunia, Demam Berdarah Ditularkan Lewat Hubungan Seks
Dilansir dari Science Mag, Jumat (17/1/2020), demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat versi virus dengue yang berbeda genetis.
Orang yang sebelumnya terinfeksi dan kembali terkena untuk yang kedua kalinya dapat menghadapi gejala yang lebih parah.
Bahkan, serangan kedua dari virus ini dapat lebih mematikan, sehingga dapat mengancam jiwa.
Nyamuk disuntik antibodi antidengue
Oleh sebab itu, para peneliti melakukan serangkaian rekayasa genetika untuk memberikan antibodi pada nyamuk agar kebal terhadap virus.
Dengan dipersenjatai antibodi, saat dilepaskan ke alam liar, nyamuk ini dapat menekan sirkulasi virus.
Baca juga: Bagaimana Google Trends Bisa Bantu Monitoring Demam Berdarah?
"Ini adalah cara yang harus dilakukan, jika Anda benar-benar menginginkan efek kuat terhadap pervalensi demam berdarah," ujar Alexander Franz, ahli biologi di University of Missouri, Columbia.
Franz menilai dengan mempersenjatai nyamuk dengan antibodi yang tidak akan menyebarkan virus demam berdarah, merupakan langkah tepat.
Sebab, strategi pengendalian demam berdarah secara konvensional telah gagal mengalahkan virus tersebut.
Strategi konvensional yang masih banyak diterapkan saat ini, di antaranya adalah dengan menghilangkan genangan air agak tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk, hingga penyemprotan insektisida.
Cara tersebut telah gagal dan sedikitnya 400 juta orang yang tinggal di daerah tropis, per tahun terinfeksi demam berdarah.