Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan dengan Tuak, Ini 3 Jenis Terapi Narkoba yang Terbukti Aman

Kompas.com - 27/11/2019, 17:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber

Jenis ketiga adalah terapi psikososial. Ada yang menggunakan cognitive behavioral therapy (CBT) atau menggunakan multifunctional interviewing.

Tujuan jangka panjang dari terapi ini adalah membuat seseorang untuk tidak lagi menggunakan narkoba.

Dalam pemberitaan Kompas.com (16/10/2018), Kepala Departmen Medik Kesehatan Jiwa RSCM-FKUI, dr. Kristiana Siste Kurniasanti, SpKJ (K) menyebutkan, CBT atau multifunctional interviewing sehingga motivasi seseorang yang mengalami kecanduan bisa berubah.

"Yang awalnya merasa tidak ada masalah, dia mulai berpikir untuk memperbaiki perilakunya," kata Siste.

Terapi narkoba oleh profesional

Hari mengatakan, semua profesional dalam bidang adiksi, termasuk dokter, psikolog, dan psikiater, harus menjalankan praktik klinis sesuai dengan bukti.

"Artinya ada dasar secara ilmiah, bahwa terapi ini (yang dilakukan) bermanfaat," kata Hari.

Kedua yang selalu dilakukan oleh para profesional adalah, tidak menjalankan praktik yang melanggar hak asasi manusia (HAM).

Kemudian, terapi harus dapat dievaluasi. Hal ini untuk meninjau dan melihat, apakah setelah terapi dilakukan ada manfaatnya untuk pasien atau tidak.

"Terapi harus ada dasar penelitian ilmiahnya sehingga dia bisa digunakan, dan kita bisa melihat profil keamanan dari terapi tersebut. Apakah ada risiko, apakah ada efek samping yang timbul, dan bisa dikoreksi," katanya.

Baca juga: Tuak untuk Terapi Narkoba, Pakar Adiksi Minta Jangan Asal Klaim

Hari sadar, banyak terapi-terapi yang muncul di masyarakat dan diyakini dapat mengobati orang-orang dengan penyalahgunaan zat terlarang.

Hari mengingatkan, sebelum mengklaim sesuatu dapat digunakan untuk pengobatan atau terapi narkoba, harus ada pembuktian secara ilmiah apakah betul klaim tersebut memang bermanfaat.

"Jika bisa dibuktikan, tentu saja bisa diterima. Tapi kalau hanya sekadar klaim, ya jatuhnya hanya testimonial semata," kata Hari.

"Mungkin bisa diterapkan ke satu orang, tetapi tidak bisa digeneralisir secara umum bahwa itu bermanfaat. Ini juga termasuk terapi tuak, patut kita pertanyakan juga," sambungnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com