Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kasus Nunung, Kenapa Orang Konsumsi Narkoba?

Kompas.com - 20/07/2019, 17:00 WIB
Mela Arnani,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus penyalahgunaan narkoba yang menjerat Nunung dan suaminya tengah mendapatkan perhatian khalayak. Tak sedikit publik figur yang bersinggungan dengan obat-obatan terlarang ini.

Narkotika memang memunculkan rasa candu di tubuh pengonsumsi. Alasan seseorang memakai bahan haram ini pun beragam. Mulai dari pendoping stamina, euforia, untuk menjaga mood, dan lain sebagainya.

Namun, dokter adiksi sekaligus peneliti obat-obatan terlarang dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN) Jakarta, Hari Nugroho mengungkap, ada tiga faktor utama berkaitan dengan pemicu seseorang memakai narkoba sabu.

"Orang menggunakan sabu tentu banyak alasan dan faktornya, baik faktor internal maupun eksternal. Namun, pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga (faktor)," kata Hari saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/7/2019).

Baca juga: Nunung Akui Pakai Sabu untuk Stamina, Apa Kata Dokter?

Faktor pertama orang ingin memakai narkoba seperti sabu dan lainnya adalah untuk bersenang-senang atau memunculkan rasa semangat dalam dirinya.

"Misalnya, (seseorang pakai sabu) supaya kuat melakukan aktivitas sehari-hari dengan penuh semangat tanpa lelah. Ini karena sifat sabu yang stimulan," ujar Hari.

Faktor kedua, untuk mengatasi masalah. Pengguna sabu merasa mampu mengatasi suatu permasalahan dengan lebih baik jika sebelumnya mengonsumsi sabu terlebih dahulu.

"Misal karena kurang percaya diri, cemas, depresi, merasa terlalu gemuk sehingga ingin menurunkan berat badannya supaya tampil prima, atau tidak percaya diri dengan kemampuan melakukan aktivitas seksual sehingga menggunakan sabu supaya tahan lama dan lain-lain," kata Hari menambahkan.

Faktor terakhir pemicu memakai sabu adalah rasa penasaran dan tekanan lingkungan. Hari mengatakan, hal ini juga menyumbang angka pengguna sabu.

Perlakuan

Lalu, apa perlakuan yang bisa diberikan kepada para pengguna?

Menurut Hari, seseorang yang terindikasi mengalami gangguan penggunaan metamfetamin membutuhkan penanganan sesuai tingkat keparahan masing-masing.

"(Selain itu) bisa dicari tahu akar permasalahannya," tutur Hari.

Upaya psikososial dapat dilakukan seperti menggunakan cognitive behavioural therapy (CBT), motivational enhancement therapy, dan dukungan keluarga.

Baca juga: Berkaca dari Kasus Nunung, Ini yang Terjadi di Tubuh Pengonsumsi Sabu

Terapi kognitif perilaku (CBT) merupakan salah satu bentuk psikoterapi yang membantu cara berpikir atau fungsi kognitif dan cara bertindak.

Sementara Motivational Enhancement Therapy (MET) adalah pendekatan konseling yang membantu individu menyelesaikan perasaan ambigu tentang terlibat dalam pengobatan dan menghentikan penggunaan narkoba.

Pendekatan MET bertujuan untuk membangkitkan perubahan yang termotivasi secara cepat dan internal, dan bukan panduan untuk pasien secara bertahap melalui proses pemulihan. 

Tak hanya itu, dukungan dari berbagai pihak juga dibutuhkan para pecandu narkoba.

"Stigma dan labelling hendaknya tidak dikedepankan, sehingga mereka mampu keluar dari permasalahannya," tegas Hari.

Hal pertama yang dapat dilakukan ketika mengetahui seseorang mengonsumsi zat-zat adiktif, sebaiknya segera datang ke medis, baik ke klinik, rumah sakit atau lembaga rehabilitasi lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau