Hari menjelaskan, dalam terapi jenis ini, pengguna heroin akan diberikan obat-obatan yang mirip heroin dengan sifat agonis seperti metadon.
Dilansir Hello Sehat, methadone atau metadon adalah obat golongan analgesik narkotika, yang lebih dikenal dengan sebutan obat opioid.
Obat opioid terbuat dari tanaman opium seperti morfin (Kadian, Ms Contin) atau disintesis di laboratorium seperti fentanil (Actiq, Duragesic).
Obat ini bekerja dengan reseptor opioid di sel-sel otak, sumsum tulang belakang, dan organ lain yang terlibat dalam rasa sakit dan senang.
Dengan minum obat ini, sel-sel tubuh akan melepaskan sinyal yang meredam sakit dan melepaskan dopamin dalam jumlah besar ke seluruh tubuh.
Dopamin ini membantu menciptakan perasaan senang sehingga rasa sakit akan berkurang untuk sementara waktu
Dokter juga dapat meresepkan obat ini untuk mengobati pasien yang mengalami ketergantungan dengan obat narkotika seperti heroin.
Hal ini karena Methadone dapat membantu mencegah gejala putus obat akibat penghentian obat narkotika.
"Terapi (pemberian obat) ini supaya dia (pengguna) tidak menggunakan heroin lagi, yakni dengan obat-obatan legal, terkontrol, dan dosisnya benar," ungkap Hari.
2. Abstinence oriented treatment
Pada saat menjalani terapi, pengguna tidak menggunakan obat terlarang sama sekali dan berorientasi pantang. Dalam hal ini adalah pantang mengonsumsi zat terlarang.
Untuk membantu seorang pengguna mengatasi candunya, seorang pemakai akan didorong untuk masuk dalam kelompok terapi. Salah satunya adalah grup narkotik anonimus.
Salah satu grup narkotik anonimus di Jakarta bertujuan untuk membantu para pecandu yang masih menderita dan ingin pulih, serta para pecandu yang sedang menjalani pemulihan untuk tetap bersih.
"Kelompok-kelompok ini memang sifatnya abstinence oriented, tidak menggunakan zat sama sekali," ujar Hari.
3. Terapi psikososial