Skala intensitas II-III MMI maksudnya, getaran dirasakan oleh beberapa orang dan membuat benda ringan yang digantung di dinding ikut bergoyang.
Daryono menambahkan, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi.
"Hasil pemodelan menunjukkan gempa tidak berpotensi tsunami," tegas Daryono.
Kepada Kompas.com Daryono menjelaskan, gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer dinilai sebagai fenomena alam yang menarik karena jarang terjadi.
"Gempa ini dirasakan dalam wilayah yang luas dari Bandung hingga Lombok. Hal ini disebakan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas," jelas Daryono.
"Patut disyukuri bahwa gempa tidak berdampak merusak, karena kedalaman hiposenternya yang sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami perlemahan setelah sampai di permukaan Bumi," imbuhnya.
Meskipun tidak berdampak, gempa Tuban ini sangat menarik untuk dikaji untuk kemajuan sains kebumian.
Gempa ini juga menjadi bukti bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman 500 kilometer di bawah Laut Jawa masih aktif.
Di bawah Laut Jawa tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam dan menukik curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer.
Daryono mengatakan, proses terjadinya gempa hiposenter dalam hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya.
Baca juga: BMKG: Ada 673 Kali Gempa Selama Agustus 2019, 3 Di Antaranya Merusak
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.