Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Tuban 2 Kali Guncang Busur Jawa dan Bali, Terasa Sampai Bima

Kompas.com - 19/09/2019, 15:52 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Siang tadi (19/9/2019) pukul 14.06 WIB dan pukul 14.31 WIB, wilayah Laut Jawa diguncang dua gempabumi tektonik dengan selisih waktu 25 menit dan jarak episenter 21 km.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa kedua gempa yang dijuluki gempa Tuban ini memiliki parameter update dengan magnitudo M 6,1 dan M 6,0.

Episenter gempa pertama terletak pada koordinat 6,1 LS dan 111,86 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 88 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah pada kedalaman 620 km.

Episenter gempa kedua terletak pada koordinat 6,24 LS dan 111,84 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 75 km arah timur laut Kota Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah pada kedalaman 623 km.

Baca juga: Halmahera Selatan Diguncang Gempa, Ini Bedanya dengan Guncangan Juli

Jenis dan Mekanisme Gempa

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa ini merupakan gempa dalam (deep focus earthquake) yang dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di kedalaman tersebut," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono kepada Kompas.com, Selasa (19/9/2019)

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dalam akibat aktivitas subduksi.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault).

Kedua gempa dirasakan di Madura, Malang, Denpasar, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Sumbawa, hingga Bima dalam skala intensitas III MMI.

Skala intensitas III MMI maksudnya, getaran dirasakan nyata di dalam rumah dan getaran terasa sekan dilewati truk.

Selain wilayah itu, getaran gempa Tuban ini juga menyebar hingga Cilacap, Purworejo, Yogyakarta, Lumajang, Tuban, Trenggalek, Surabaya, sampai Bandung dalam skala intensitas II-III MMI.

Skala intensitas II-III MMI maksudnya, getaran dirasakan oleh beberapa orang dan membuat benda ringan yang digantung di dinding ikut bergoyang.

Daryono menambahkan, hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi.

"Hasil pemodelan menunjukkan gempa tidak berpotensi tsunami," tegas Daryono.

Fenomena menarik yang jarang terjadi

Kepada Kompas.com Daryono menjelaskan, gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer dinilai sebagai fenomena alam yang menarik karena jarang terjadi.

"Gempa ini dirasakan dalam wilayah yang luas dari Bandung hingga Lombok. Hal ini disebakan hiposenternya yang dalam sehingga spektrum guncangan dirasakan dalam wilayah yang luas," jelas Daryono.

"Patut disyukuri bahwa gempa tidak berdampak merusak, karena kedalaman hiposenternya yang sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami perlemahan setelah sampai di permukaan Bumi," imbuhnya.

Meskipun tidak berdampak, gempa Tuban ini sangat menarik untuk dikaji untuk kemajuan sains kebumian.

Gempa ini juga menjadi bukti bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman 500 kilometer di bawah Laut Jawa masih aktif.

Di bawah Laut Jawa tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam dan menukik curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer.

Daryono mengatakan, proses terjadinya gempa hiposenter dalam hingga kini masih menyisakan banyak tanda tanya.

Baca juga: BMKG: Ada 673 Kali Gempa Selama Agustus 2019, 3 Di Antaranya Merusak

Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu.

Namun juga ada dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 kilometer mengalami gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah). Sedangkan pada bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 kilometer terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy).

Jika ditinjau dari hiposenternya, gempa yang berkedalaman sekitar 600 kilometer ini, terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410-600 kilometer.

"Aktivitas seismik ini tampaknya lebih disebabkan oleh adanya pengaruh gaya slab pull yaitu gaya tarik lempeng ke bawah akibat tarikan gravitasi Bumi yang ditandai dengan mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar turun," terang Daryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau