Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Ada 673 Kali Gempa Selama Agustus 2019, 3 Di Antaranya Merusak

Kompas.com - 03/09/2019, 11:13 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Total gempa bumi tektonik selama Agustus 2019 adalah 673 kali. Gempa bumi dengan magnitudo signifikan di atas 5,0 (M > 5,0) terjadi sebanyak 22 kali, dan gempa yang dirasakan ada 56 kali.

Aktivitas gempa di bulan Agustus ini lebih sedikit jika dibanding Juni dan Juli 2019, yang masing-masing sebanyak 735 dan 841 kali.

Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, mengungkap ada tiga gempa merusak selama Agustus.

Baca juga: BMKG: Aktivitas Gempa Selama Juli 2019 Meningkat, Ini Rinciannya

Tiga gempa merusak itu antara lain:

  • Gempa Selatan Banten (2/8/2019) berkekuatan M 6,9. Gempa ini merusak tujuh bangunan rumah yang tersebar di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sukabumi.
  • Gempa Banyuwangi (12/8/2019), berkekuatan M 5,0. Gempa ini menyebabkan beberapa rumah di Pantai Pancar dan Rajegwesi, Banyuwangi rusak ringan.
  • Gempa Kaki Gunung Salak (23/8/2019), berkekuatan M 4,0. Gempa ini menyebabkan beberapa rumah di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor rusak ringan.

"Selama Bulan Agustus 2019 juga terjadi gempa swarm," ungkap Daryono.

Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal.

Fenomena swarm di Indonesia sudah terjadi beberapa kali, seperti aktivitas swarm di Klangon Madiun (Juni 2015), Jailolo Halmahera barat (Desember 2015), dan Mamasa Sulawesi Barat (November 2018).

Gempa swarm Madiun terjadi pada 3 Agustus 2019 dimana terjadi gempa lebih dari 19 kali dalam sehari. Selanjutnya adalah swarm juga terjadi di sebelah barat daya Kaki Gunung Salak pada 10 hingga 28 Agustus 2019.

Selama sekitar 18 hari, ada lebih dari 84 kali aktivitas gempa hingga membuat masyarakat resah dan sebagian mengungsi di perkebunan teh.

"Patut disyukuri bahwa aktivitas Swarm saat ini sudah mereda," imbuh dia.

Pada beberapa kasus, swarm terjadi di zona gunung api.

Swarm dapat terjadi di kawasan yang mengalami medan tegangan berkaitan dengan desakan aktivitas magmatik.

Selain berkaitan dengan kawasan gunung api, beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non volkanik.

Baca juga: 76 Gempa Guncang Sukabumi sejak 10 Agustus 2019, Ini Penjelasan BMKG

"Swarm memang dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures)," terang Daryono.

Terjadinya fenomena gempa swarm ini setidaknya menjadikan pembelajaran tersendiri untuk masyarakat, karena memang jarang terjadi. Dampak dari gempa swarm diakui memang meresahkan masyarakat.

"Jika kita belajar dari berbagai khasus gempa swarm di berbagai wilayah sebenarnya tidak membahayakan. Asal, bangunan rumah di zona swarm memiliki struktur kuat," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau