Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Punya Sesar Aktif, Aktivitas Gempa di Kalimantan Paling Sedikit

Kompas.com - 25/08/2019, 20:28 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Jokowi menjanjikan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan.

Salah satu alasannya, Kalimantan diklaim sebagai lokasi paling minim bencana, mulai dari longsor, gempa bumi, dan sebagainya.

Berkaitan dengan gempa, Daryono selaku Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG mengatakan ada tiga sesar gempa di Kalimantan Timur.

"Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kaltim terdapat 3 struktur sesar sumber gempa, yakni Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternostes," ujar Daryono seperti diberitakan Kompas.com dalam artikel berjudul BMKG Ungkap Adanya 3 Sesar Sumber Gempa di Kalimantan Timur.

Baca juga: 76 Gempa Guncang Sukabumi sejak 10 Agustus 2019, Ini Penjelasan BMKG

Dia mengatakan, Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat yang terletak di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur masih menunjukkan tanda-tanda keaktifan.

Meski demikian, BMKG juga menegaskan bahwa Kalimantan merupakan satu-satunya pulau di Indonesia dengan tingkat aktivitas kegempaan relatif paling rendah.

"Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com Minggu (25/8/2019).

Sejumlah fakta kondisi seismisitas Pulau Kalimantan

Dwikorita memaparkan, kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta seperti berikut:

Pertama, wilayah Pulau Kalimantan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit daripada pulau-pulau lain di Indonesia.

Kedua, wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust), sehingga suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat dengan akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.

Ketiga, beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.

Namun demikian, untuk mengantisipasi terjadinya bencana khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan yang berhadapan dengan sumber gempa, maka menurut Dwikorita perlu disusun strategi mitigasi bencana dengan menyiapkan tata ruang pantai agar masyarakat pesisir lebih aman.

"Tata ruang pemanfaatan daerah pesisir harus berbasis mitigasi bencana, Ini penting guna mengantisipasi bencana tsunami di pantai rawan tsunami dan tangguh menghadapi tsunami," katanya.

Selain itu, lanjut Dwikorita, konsep evakuasi mandiri juga menjadi pilihan tepat dan efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari ancaman tsunami.

Evakuasi mandiri dengan menjadikan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami dapat menjamin keselamatan masyarakat.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau