Proses "menaburi" awan dengan garam inilah yang disebut penyemaian awan, tujuannya untuk membuat awan "matang" sehingga bisa menurunkan hujan.
Hammam menuturkan, proses penyemaian ini harus dilakukan berkali-kali dengan jumlah garam yang cukup banyak agar bisa memadamkan titik panas.
Baca juga: Karhutla di Riau dan Kalimantan Berbeda dengan Amazon, Apa Bedanya?
Selama periode pembuatan hujan buatan sejak Februari hingga hari ini di Riau, Hammam menuturkan pihaknya sudah menggunakan hampir 100 ton garam untuk melakukan penyemaian.
"Jam terbangnya pesawat untuk menyemai (sejak 26 Februari sampai 12 September) sudah 255 jam dengan menggunakan 100 ton garam untuk bahan semai. Dari semua itu, kita menghitung sudah (menghasilkan air) sekitar 735 juta meter kubik," terang Hammam.
Baik BPPT dan BMKG sepakat, pihaknya akan terus berkolaborasi untuk membuat hujan buatan hingga titik-titik api di kawasan yang terbakar padam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.