Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Gambar Peta Indonesia di Twitter, Ini Kata BMKG Soal Karhutla

Kompas.com - 17/09/2019, 13:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah utas dari pemilik akun @temukonco ramai di Twitter sejak Minggu (17/9/2019).

"Saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Saya persembahkan. Peta Indonesia terkini," begitu tulis Iwan Pribadi mengawali utasnya disertai peta Indonesia berwarna kecokelatan.

Dalam peta yang dilampirkan @temukonco dan telah diretweet lebih dari 24 ribu kali, tampak wilayah Kalimantan, khususnya Kuala Kurun, Pontianak, dan Palangkaraya berwarna merah kehitaman. Sementara di Sumatera, ada Kota Jambi berwarna merah.

"Sekadar informasi, semakin merah warnanya, menunjukkan semakin tinggi kandungan di lokasi tersebut," tulis akun tersebut.

Baca juga: Karhutla di Riau dan Kalimantan Berbeda dengan Amazon, Apa Bedanya?

"Seperti di kota Palangkaraya, tercatat konsentrasi CO-nya 846ppbv (Part Per Billion by Volume). Sementara di Jambi tercatat konsentrasi CO-nya 5252ppbv (Part Per Billion by Volume)," imbuh akun tersebut.

Selain memaparkan kondisi CO di beberapa wilayah Indonesia, akun @temukonco juga menyarankan untuk meluncur ke laman windy.com untuk mengetahui informasi lebih detail.

Berkaitan dengan informasi yang dipaparkan @temukonco, bagaimana paparan peta yang dimiliki BMKG?

Paparan peta CO

Menjawab pertanyaan ini Kompas.com menghubungi Kepala Bidang Layanan Informasi Cuaca BMKG Ana Oktavia Setiowati.

Kepada Kompas.com, Ana menjelaskan bahwa peta Indonesia yang dipaparkan dalam situs windy.com merupakan paparan gas CO atau karbon monoksida.

Karbon monoksida merupakan gas tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa yang ada di atmosfer.

Sumber gas CO sendiri bisa disebabkan oleh asap kendaraan bermotor, pabrik, asap kebakaran, dan lain sebagainya.

"Nah, kalau dilihat untuk wilayah Indonesia, terutama di wilayah Riau dan Kalimantan, itu memang sesuai (dengan peta dari windy.com). Karena sebaran asap memang posisinya di lokasi tersebut," kata Ana dihubungi Selasa (17/9/2019).

Ana menjelaskan, ketika di suatu wilayah terjadi kebakaran hutan dan kabut asap pekat di sana, maka akan terdeteksi seperti pada gambar peta yang dimuat windy.com.

Namun, paparan dalam peta di laman windy.com tidak dapat dibandingkan dengan peta dari BMKG. Ini karena BMKG belum memiliki peralatan untuk memantau gas CO di udara.

"Tapi kami BMKG belum memiliki peralatan untuk mengamati terkait dengan gas CO tersebut," ujar Ana.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau