Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karhutla di Riau dan Kalimantan Berbeda dengan Amazon, Apa Bedanya?

Kompas.com - 17/09/2019, 10:51 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Masalah kebakaran hutan dan lahan, serta kabut asap pekat yang menyelimuti Riau dan Kalimantan menyita perhatian publik.

Wilayah lain seperti Jambi, Palembang, Banjarmasin, Palangkaraya, hingga negara tetangga Malaysia pun ikut merasakan dampak bencana ini.

Berdasar data Badan Penanggulangan Bencana dan Kementerian Kesehatan yang dioleh Litbang Kompas, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat Karhutla ada 52.635 orang, sejak Maret sampai September 2019.

Penderita ISPA ini ditemukan di kota Palembang, Palangkaraya, Kabupaten Banjarbaru, Jambi, Riau, dan Provinsi Kalimantan Barat.

Baca juga: Riau Dikepung Kabut Asap, Greenpeace Nilai Situasi Mirip Karhutla 2015

Selain tingginya angka penderita ISPA, kabut asap akibat karhutla juga menyebabkan jarak pandang sangat pendek sehingga membuat jalur transportasi udara terganggu. Kompas.com memberitakan, ada lebih dari 80 jadwal penerbangan dibatalkan karena kondisi ini.

Hal yang paling memprihatinkan adalah, bencana kabut asap pekat akibat karhutla terus terjadi setiap tahun.

Manager Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Wahyu A. Pradana menyampaikan, sejak 2018 sampai awal September 2019, total ada 19.000 titik panas di Indonesia.

Namun, apakah bencana karhutla 2019 ini dapat dibandingkan dengan kebakaran hutan Amazon, Brasil yang mencapai rekor terparah tahun ini?

Menjawab pertanyaan itu, Wahyu mengatakan ada hal mendasar yang membedakan karhutla di Indonesia dengan kebakaran hutan Amazon.

"Ada perbedaan mendasar antara kebakaran hutan Amazon dengan kebakaran hutan di tanah gambut," ungkap Wahyu kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (16/9/2019).

Kebakaran hutan yang terjadi di tanah gambut, disebut Wahyu, belum selesai hanya dengan menghilangkan asap di udara.

Pasalnya, jauh di bawah tanah, di kedalaman sampai 20 meter di bawah tanah, masih ada bara-bara api yang menyala dan merambat cukup jauh.

Sementara itu, kebakaran hutan di Amazon adalah kebakaran yang terjadi di permukaan tanah, tidak sampai merambat ke bawah permukaan tanah.

Artinya, jenis kebakaran seperti yang terjadi di hutan Amazon, ketika kebakaran di permukaan tanah berhasil dipadamkan, maka kebakaran itu sudah benar-benar padam.

"Gambut ini analoginya seperti kapas kapuk. Ketika terbakar, tidak hanya di permukaan, tapi merambat ke bawahnya," jelas Wahyu.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau