Dikatakan Ari, sampai saat ini vaksin yang established yang dapat digunakan untuk mengobati HIV AIDS secara luas belum ditemukan.
Baca juga: Peta Interaktif - Merata se-Indonesia, Sebaran Anak dengan HIV/AIDS
Namun, obat-obat anti retroviral (ARV) yang ada saat ini sudah mampu menekan jumlah virus sampai tidak terdeteksi, bisa menekan penyebaran virus sampai lebih 90 persen.
Di Indonesia ARV saat ini masih gratis dengan akses mudah untuk mendapatkannya. Meski demikian, menurut Ari saat ini angka penggunaan ARV di Indonesia masih rendah.
"Pasien-pasien HIV yang tidak mau mengkonsumsi ARV dengan berbagai alasan lebih cepat menghadap Yang Maha Kuasa," tutur Ari.
Gejala klinis akibat virus baru muncul pada penderita infeksi HIV yang sudah lanjut, jika daya tahan tubuhnya sudah menurun.
Berbagai infeksi oportunistik akan muncul seperti sariawan karena jamur kandida, TBC paru, infeksi otak, diare kronik karena infeksi jamur atau parasit atau berupa bercak hitam di kulit.
Baca juga: Kali Pertama, Modifikasi Gen Sembuhkan HIV pada Hewan Hidup
Selain itu, pasien HIV yang sudah masuk tahap lanjut ini mengalami penurunan berat badan.
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien terinfeksi HIV, jumlah lekositnya akan kurang dari 5000 dengan limfosit kurang dari 1000.
Diare kronik, sariawan di mulut dan berat badan turun merupakan gejala utama jika pasien sudah mengalami infeksi HIV lanjut dan sudah masuk fase AIDS.
Beberapa cara disarankan oleh Ari untuk dapat mencegah infeksi ini lebih lanjut. Pertama, stop gonta-ganti pasangan. Selanjutnya, stop berselingkuh yang dibumbui seks bebas.
Terakhir, siapa saja yang pernah melakukan hubungan seksual, terutama hubungan seksual di luar nikah dan pernah menggunakan jarum suntik yang tidak steril atau pernah menggunakan narkoba jarum suntik dianjurkan untuk memeriksa status HIV-nya.
"Karena semakin dini pasien HIV diberikan obat anti virus (ARV), semakin cepat menurunkan jumlah virus dan mengurangi potensi penularan dan tentu, pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV tersebut," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.