Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 10/09/2019, 09:09 WIB

Ketiga penyakit virus ini merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Yang membedakan satu dengan yang lain adalah di dalam darah pasien dengan HIV atau pasien dengan hepatitis B atau C mengandung virus tersebut, sedangkan yang lain tidak.

"Secara fisik tidak dapat dibedakan siapa yang didalam tubuhnya mengandung virus yang sangat berbahaya tersebut. Oleh karena itu saat berhubungan seks dengan seseorang yang bukan istrinya, maka kita sudah berisiko untuk mengalami penyakit infeksi yang berbahaya dan mematikan," tambahnya.

Baca juga: Dua Garis Biru, Bagaimana Sih Kenalkan Edukasi Seks pada Anak?

Dijelaskan oleh Ari bahwa fase tanpa keluhan penderita infeksi virus ini dapat berlangsung selama 5-10 tahun sampai orang tersebut merasakan gejalanya.

Oleh karena itu sering didapatkan pasien yang mengalami HIV AIDS saat ini dan menduga tertular pada saat 5 atau 10 tahun yang lalu, karena mereka menyampaikan setelah menikah 5 tahun belakangan ini.

"Kebanyakan dari mereka mengaku tidak pernah berhubungan seks dengan orang lain kecuali kepada istri atau suami sahnya saja, makanya harus melihat bagaimana mereka 5 hingga 10 tahun belakang. Contohnya, seorang ibu muda baik-baik yang akan menikah, menderita HIV kemungkinan tertular dari mantan pacarnya yang menderita narkoba, di mana saat pacaran sewaktu duduk di bangku SMA dulu pernah berhubungan seks beberapa kali," kata Ari.

Dikatakan Ari, sampai saat ini vaksin yang established yang dapat digunakan untuk mengobati HIV AIDS secara luas belum ditemukan.

Baca juga: Peta Interaktif - Merata se-Indonesia, Sebaran Anak dengan HIV/AIDS

Namun, obat-obat anti retroviral (ARV) yang ada saat ini sudah mampu menekan jumlah virus sampai tidak terdeteksi, bisa menekan penyebaran virus sampai lebih 90 persen.

Di Indonesia ARV saat ini masih gratis dengan akses mudah untuk mendapatkannya. Meski demikian, menurut Ari saat ini angka penggunaan ARV di Indonesia masih rendah.

"Pasien-pasien HIV yang tidak mau mengkonsumsi ARV dengan berbagai alasan lebih cepat menghadap Yang Maha Kuasa," tutur Ari.

Gejala klinis akibat virus baru muncul pada penderita infeksi HIV yang sudah lanjut, jika daya tahan tubuhnya sudah menurun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+