Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Gifted dan Berkebutuhan Khusus Lewat Maria Clara Yubilea

Kompas.com - 04/09/2019, 06:11 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Mereka cenderung terlihat nakal dan penasaran tinggi, tidak bisa diam," ujar Amril.

Uraian ini pun dibenarkan oleh kedua orangtua Lala, B. Boy Rahardjo Sidharta dan Patricia Lestari Taslim. Boy dan Patricia mengalami hal-hal itu ketika mendampingi dan mengasuh Lala.

Ketika Kompas.com menemui Boy dan Patricia di rumah mereka Senin sore (2/8/2019), keduanya banyak bercerita tentang masa kecil Lala, sekaligus tantangan dalam mengasuh putri tunggalnya.

"Mengasuh anak gifted itu harus sabar," ujar Patricia tersenyum.

Baik Boy dan Patricia mengaku baru mengetahui bahwa anak mereka gifted pada saat usia 13 tahun, tepat saat Lala harus menjalani tes IQ agar bisa mengikuti Ujian Kejar Paket B (Setara Homeschooling). Ini karena Lala menjalani pendidikan homeschooling setelah lulus Sekolah Dasar (SD).

Karena umur Lala masih kurang, dan dia baru mengikuti homeschooling selama satu setengah tahun, ada syarat khusus bagi Lala untuk bisa mengikuti ujian Kejar Paket B, yakni dia harus mendapat skor IQ di atas 130 dalam skala wechsler.

Baca juga: Tanpa Perempuan Jenius Ini, Foto Lubang Hitam Mungkin Tak Pernah Ada

"Saat dites IQ pertama, hasilnya 131, hanya lewat sedikit dari standar. Itulah yang membuat Lala bisa ikut ujian Kejar Paket B (setara SMP)," ujar Patricia.

Satu setengah tahun setelah itu, Lala kembali melakukan tes IQ untuk mengikuti ujian Kejar Paket C (Setara SMA). Dia mendapat skor tes IQ antara 134 sampai 135.

Secara teori wajar ada perbedaan 3-5 skor IQ, karena adanya faktor bias.

Sejak tes IQ pertama itulah, Patricia bertanya-tanya, ada apa dengan IQ di atas 130 dalam skala wechsler, kenapa hal ini menjadi syarat untuk bisa mengikuti ujian lebih cepat.

Akhirnya Patricia menemukan, bahwa anak dengan IQ di atas 130 dalam skala wechsler merupakan anak-anak gifted.

Tidak membiarkan Lala sendirian, Patricia ibu Lala, akhirnya mulai menempa diri mempelajari gifted lewat mailing list, mencari orangtua dengan anak gifted di Yogyakarta yang dikumpulkan lewat grup Facebook, hingga akhirnya bersama membentuk komunitas Parents Support Group for Gifted Children (PSGGC) Yogyakarta.

Setahun setelah Lala mengambil kuliah Pendidikan Bahasa Jerman di UNY, Patricia pun tergerak untuk mendaftar Pascasarjana Luar Biasa UNY angkatan 2016.

"Saya merasa tidak cukup bekal untuk membantu (Lala). Sudah bikin sakit kepala ini. Sehingga seizin suami saya ingin kuliah lagi, agar punya ilmu yang bermanfaat dalam mendidik Lala ataupun anak-anak gifted lainnya," ungkap Patricia atas pergolakan batin yang terjadi saat itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau