KOMPAS.com - Jenius atau seseorang dengan kecerdasan luar biasa punya pertanyaan mendalam dan kritis akan dunia. Jenius tak melulu dibuktikan dengan hasil tes IQ yang tinggi.
"Orang jenius selalu mempertanyakan. Mereka tidak tahu jawabannya, tapi pertanyaan-pertanyaan mereka dan keingintahuan itu membuat mereka terjun ke bidangnya," kata psikolog Frank Lewis, pengawas tes IQ untuk American Mensa, komunitas orang-orang jenius seperti dilansir dari Live Science.
Orang jenius punya keingintahuan yang besar dan kemampuan memhami untuk kemudian mencari tahu dan datang dengan jawaban.
Kejeniusan justru tak ditandai dengan hasil tes IQ yang tinggi. Albert Einstein, misalnya, diyakini tak akan mampu dapat hasil yang tinggi dalam tes IQ karena seorang jenius tidak hanya memikirkan satu jawaban, tetapi juga jutaan lainnya yang memungkinkan dan malah kebingungan.
"Ini kembali kepada kebiasan berpikir di luar kotak dan ini tidak bisa dites," ujar Lewis.
Baca juga: Tanpa Perempuan Jenius Ini, Foto Lubang Hitam Mungkin Tak Pernah Ada
Sementara itu, profesor psikologi University of California Dean Keith Simonton mengatakan bahwa seorang jenius sulit didefinisikan. Jenius adalah kombinasi dari kecerdasan di atas rata-rata, kreativitas, dan kontribusinya bagi kemanusiaan.
Simonton menduga bahwa semua jenius punya proses yang sama untuk berkontribusi kepada dunia. Mereka bermula dari ide, dan ide yang menghasilkan banyak pertanyaan-pertanyaan ini akan mengarahkan mereka kepada percobaan. Keingintahuan kemudian akan membawa mereka kepada solusi.
"Pemikir luar biasa bermula dari hal mendasar ketika mereka berusaha menuju ke hal-hal yang belum diketahui," kata Lewis.
Psikiater dan pakar neurosains University of Iowa Nancy Adreasen menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) untuk mengamati aktivitas otak orang jenius.
Ia menguji para penulis dengan IQ di atas 120 yang tergolong cerdas namun belum luar biasa. Mereka menjalani tes kata, gambar, dan pola.
Baca juga: Selain Jenius, Leonardo da Vinci Ternyata Seorang Ambidextrous
"Beberapa orang melihat hal yang kita tidak bisa lihat, mereka benar, dan mereka termasuk jenius yang kreatif," kata Andreasen.
"Sementara beberapa orang melihat hal yang kita tidak bisa lihat, mereka salah, dan mereka termasuk orang dengan kelainan mental," ujar dia.
Menurut Andreasen ada orang yang tergolong ke keduanya. Orang-orang kreatif punya kecenderungan kelainan mental yang lebih tinggi. Mereka mewarisinya dari keluarga mereka. Diagnosis yang paling umum biasanya kepribadian ganda, depresi, kecemasan, dan kecanduan alkohol.
Dalam studi yang mengamati otak Albert Einstein, para peneliti menemukan adanya lipatan tambahan dalam bagian otaknya yang berfungsi untuk memproses pemikiran dengan kesadaran. Bagian depan otaknya yang berkaitan dengan pemikiran abstrak dan perencanaan, juga ada lipatan tambahan.
Namun, faktor yang membuat seseorang menjadi jenius masih jadi misteri. Meski Mensa mampu mengukur kecerdasan, tak ada jaminan atau tes untuk mengukur Einstein berikutnya. Jenius masih menjadi misteri.
Baca juga: Surat Tuhan Bermain Dadu Milik Einstein Dilelang, Apa Isinya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.