KOMPAS.com - Hingga saat ini, anak dengan autisme sering mendapat bullying alias perundungan dari lingkungan sekitar.
Padahal, bulian terhadap anak dengan autisme akan berdampak besar untuk tumbuh kembangnya.
Menurut Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), Dr Gayatri Pamoedji, sudah saatnya kita menaruh perhatian pada tanda dan dampak bullying terhadap anak dengan autisme.
Baca juga: Jangan Abaikan Anak Autis, Lakukan Diagnosis Dini dan Gali Potensinya
Berdasarkan pengalaman Gayatri, tanda bullying pada anak dengan autisme bisa dilihat dengan beberapa indikator berikut.
1. Malas sekolah dan mengalami cedera
Anak menjadi malas pergi ke sekolah. Bukan karena dia malas belajar dan tidak ingin mengerjakan tugas, tapi seolah ada alasan yang disembunyikan.
Selain perubahan perilaku, Gayatri mengungkap korban bullying kerap mengalami sakit atau cedera di beberapa bagian tubuh. Ini adalah tanda perundungan secara fisik.
Kedua hal di atas bisa membuat anak sulit di malam hari. Hal ini karena anak merasa kesakitan secara fisik atau khawatir memikirkan perlakuan teman-temannya di sekolah.
2. Barang pribadi
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peralatan sekolah atau barang pribadi anak. Jika orangtua menyadari barang anak mereka berkurang, orangtua perlu menanyakan apakah barang tersebut lupa dibawa pulang, terjatuh, atau diambil teman dengan sengaja.
3. Lebih pendiam
Karena dibuli, anak juga bisa jadi lebih pendiam. Ini tanda bahwa anak sedang memiliki banyak pikiran untuk dibicarakan atau mereka merasa takut untuk berbicara.
Baca juga: 7 Ciri Autisme seperti yang Diidap Anak Dian Sastro
Lokasi tempat tinggal juga memengaruhi jenis bulian terhadap anak dengan autisme, membuli secara fisik atau verbal.
Gayatri mengatakan, anak yang tinggal di kota kecil atau daerah, cenderung membuli anak dengan autisme lewat kekerasan fisik. Sementara di kota besar, perundungan lebih banyak dilakukan dengan pengucilan dan secara verbal.
Perlakuan pengucilan dan verbal inilah yang dapat memengaruhi psikologis anak dan akhirnya berdampak pada tumbuh kembang si kecil.
Menurut Gayatri yang juga pernah memiliki anak dengan autisme, dampak bullying tergantung pada seberapa besar curahan kasih sayang yang didapatkan anak saat ada di rumah.
Persoalan fisik tidak sebanding dengan hati yang tergores karena perlakuan dan kata-kata kasar yang dilontarkan orang lain.
"Anak saya, dulu sering diolok-olok, sakit badan kalau pulang sekolah dan juga diambil barangnya oleh teman-temannya di sekolah. Dia (anak sulung Gayatri) pernah bertanya kepada saya. Ma, mengapa aku berbeda? Saya jawab setiap orang itu berbeda, dan percayalah kamu di rumah ini akan aman," ujar Gayatri.
Anak sulung Gayatri didiagnosis mengalami autisme pada usia sembilan tahun dan kini sudah dinyatakan sembuh.
Dia mengatakan, menanamkan rasa aman dan nyaman di rumah adalah suatu langkah besar untuk menentukan bagaimana tumbuh kembang anak dengan autisme tersebut di kemudian hari.
"Sekarang usianya sudah 29 tahun, sudah menjadi seorang chef. Ketika ditanya, ingat enggak dulu sering dibully sama teman-teman di sekolah, dia menjawab tidak," ujar Gayatri.
"Karena aku hanya mengingat bagian bahagiaku ketika berada di rumah", imbuh Gayatri menirukan perkataan anak sulungnya.
Sejak saat itulah Gayatri sadar, anak dengan autisme juga memiliki perasaan.
Baca juga: Khasiat Melukis bagi Anak Autis, Ruang Ekspresi Hingga Kurangi Tantrum
Anak dengan autisme berhak dihargai, diberikan dukungan, dan kasih sayang.
Pahami potensi unik yang mereka miliki, sebab keunikan seorang anak autisme jika dibantu dan didukung dengan baik, maka tidak jarang bisa berprestasi.
Jika anak dengan autisme tidak dihargai dan diberi dukungan serta kasih sayang, bukan tidak mungkin mereka akan mengalami hal lebih buruk dari gangguan saraf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.