Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/08/2019, 10:24 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Banyak anak dengan autisme yang diabaikan oleh orang sekitar karena dianggap memiliki tingkah aneh atau berbeda dibanding orang lain.

Lantas, bagaimana seharusnya sikap orang tua dan lingkungan terhadap anak-anak penderita gangguan perkembangan autisme ini?

Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI), Dr Gayatri Pamoedji dalam acara special kids expo (Spekix), di Jakarta (23/8/2019) menjelaskan bahwa anak-anak autisme memiliki potensi besar. Mereka dapat dikatakan jenius, asal dilakukan dilakukan penanganan yang tepat.

"Kunci utama dari suksesnya penanganan anak-anak autisme dan kebutuhan khusus lainnya terletak pada kita yang sadar dan kita yang memulai untuk membantu mereka mengontrol diri, pikiran, serta cara berkomunikasi mereka," kata Gayatri.

Baca juga: 7 Ciri Autisme seperti yang Diidap Anak Dian Sastro

Tiga pilar yang harus diperhatikan

Gayatri mangatakan, ada 3 pilar yang perlu diperhatikan agar anak pengidap autisme bisa segera mendapat penanganan terpadu .

1. Diagnosa awal

Masa emas perkembangan anak adalah 5 tahun pertama. Jadi, peran otangtua adalah memperhatikan betul tumbuh kembang anak.

Dalam persoalan sederhana, misal ketika ibu menyusui, coba perhatikan tatapan mata si bayi.

Umumnya bayi ketika menyusui akan menoleh ke arah ibu. Jika hal ini tidak dilakukan, cobalah untuk mengantisipasi dengan mendiagnosa hal atau ciri-ciri autisme lainnya dari anak tersebut.

"Jadi, sebagai orangtua, kalau sudah melihat ada keganjilan bahkan di tumbuh kembang masa emas 5 tahun awal si anak, enggak usah pakai tunggu seolah berpikir positif setiap anak berbeda, mungkin anak begini-begitulah. Saran saya langsunglah periksa dan bawa ke ahlinya," kata Gayatri.

Ada tiga gejala umum yang bisa didiagnosis orangtua di rumah.

Pertama, tumbuh kembang anak autisme lebih terhambat dibanding anak lain seusianya.

Kedua, anak dengan autisme memiliki "dunianya" sendiri. Misalnya anak tidak peduli pada sekitar meski orang tua sudah mencoba mengalihkan perhatian, atau anak memiliki daya imajinasi yang tidak biasa.

Ketiga, anak selalu melakukan sesuatu secara berulang dan terus menerus. Sebagai contoh, anak selalu memutar mainan terus-menerus dan sering, bahkan saat dipanggil dan dipindahkan ke tempat lain, dia tetap melakukan kegiatan tersebut.

Baca juga: Cerita Anfield Wibowo Taklukkan Autisme dengan Melukis

2. Orangtua harus terbuka dan punya inisiatif

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau