Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Bule Cuci Alat Vital Pakai Air Suci Bali, Psikolog Nilai Kita Terlalu Lunak

Kompas.com - 12/08/2019, 20:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Padahal setahu saya, adat istiadat Bali itu termasuk sakral sekali dan betul-betul dipegang," ujar Hening.

"Nah, ini (adat istiadat Bali) berbenturan dengan kebijakan pariwisata yang kaitannya dengan finansial," imbuh dia.

Hening mengatakan, dampak dari kebijakan "asal wisatawan datang" ini membuat semua orang dengan berbagai latar belakang bisa datang ke suatu daerah.

Sebagai contoh Bali, Hening melihat bahwa bule yang datang ke Bali tidak melulu orang kaya dan elegan. Banyak dari wisatawan asing ini adalah turis backpacker dengan uang minim dan memiliki perilaku tidak santun.

Ada berbagai macam orang dengan berbagai karakter dari berbagai negara yang berkumpul menjadi satu.

"Karena situasinya, secara psikologis dalam tanda kutip banyak wisatawan bengal, iseng, tidak punya tata krama dan etika, kemudian dia (wisatawan) dimanjakan dengan fasilitas, dia jadi makin tidak menghargai Bali," jelas Hening.

Hal inilah yang membuat seseorang atau wisatawan tidak menghargai dan menghormati adat istiadat suatu wilayah atau negara yang dikunjungi.

Hening memberi contoh, ketika wisatawan asing didampingi pemandu wisata, dan pemandu wisata memberikan pelayanan terbaik, maka wisatawan akan merasa di atas angin.

Sangat mungkin juga ada perasaan, karena memiliki uang, maka seorang wisatawan merasa lebih unggul dibanding penduduk setempat.

"Ketika di Bali dan berada di lingkungan yang seharusnya dihormati, dia akan merasa sanggup untuk tidak menghormati. Ini berarti, dari dalam diri orang tersebut memang tidak ada niatan untuk menghargai adat istiadat dan budaya di negeri yang dikunjungi. Jadi memang niat," jelas Hening.

Baca juga: Kasus Viral Turis Asing Lecehkan Air Suci dan Refleksi Pariwisata Bali

Hening berkata, ketika pemandu wisata tidak tegas saat mendampingi wisatawan asing, maka para turis sangat mampu bertindak seenaknya sendiri.

Agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi, setidaknya harus ada kebijakan baru dan sikap yang lebih tegas dari pemerintah dan masyarakat.

"Kita boleh mengiklankan pariwisata. Dengan catatan, kalau hal seperti ini terjadi (video viral), kita harus tegas. Jadi memang harus di-training sampai ke bawah, termasuk guide dan sebagainya," tegas Hening.

"Kalau sudah ada pelanggaran seperti itu, kita harus tegas dan lugas. Dalam artian untuk shock therapy ke bule kurang ajar itu."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau