Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 10/08/2019, 18:07 WIB

KOMPAS.com – Pada awal Agustus 2019, Jakarta menjadi kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Menanggapi peringkat memalukan tersebut, banyak warga yang lantas menjadi khawatir bila polusi udara berdampak buruk pada kesehatan mereka dan keluarga.

Kekhawatiran ini benar adanya. Sebab, menurut dr. Feni Fitriani Taufik, Sp. P (K), M.Ked selaku dokter spesialis paru dan pernapasan konsultan paru kerja dan lingkungan yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dampak polusi udara Jakarta memang sangat berbahaya terhadap kesehatan paru-paru yang merupakan organ pernapasan paling akhir.

“(Jenis polutan) PM2.5 itu ukurannya halus sekali, 100 kali lebih halus daripada satu helai rambut. Terbayang, bila terus terhirup dalam jangka panjang akan meningkatkan jumlah radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir oleh antioksidan alami dalam tubuh kita,” ujarnya.

Jika diteruskan, polusi bisa merangsang terjadinya perubahan sel pada saluran pernapasan, diserap pembuluh darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh.

Baca juga: Logam Berat dari Polusi Hambat Penyerapan Nutrisi, Ini Solusi Herbalnya

Dampak jangka panjangnya adalah peradangan sistemik, penurunan fungsi paru, merangsang terbentuknya risiko penyempitan pembuluh darah dan bahkan memicu sejumlah penyakit kronik, seperti kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), stroke, penyakit jantung, serta diabetes.

Pada anak-anak yang bernapas lebih cepat dibanding orang dewasa, paparan polusi udara bisa berdampak serius.

Dokter Wahyuni Indawati, Sp. A (K), dokter spesialis anak konsultan respirologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, berkata bahwa pengaruh polusi udara yang paling umum pada anak adalah iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya.

Lalu, pada ibu hamil yang lebih sensitif, efeknya bahkan bisa sampai ke janin, ungkap Dokter Merwin Tjahjadi, Sp. OG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Dia berkata bahwa terlalu banyak terpapar udara berkualitas buruk bisa meningkatkan risiko kardiovaskular maupun hipertensi dalam kehamilan akibat proses pengapuran plasenta, memicu terjadinya infeksi saluran pernapasan atas atau asma pada ibu hamil dan menurunkan tingkat fertilitas.

Pada bayi, paparan udara berpolusi selama dalam kehamilan bisa membuatnya terlahir dengan berat badan redan, terlahir prematur, telahir dengan cacat bawaan atau bahkan gugur.

Baca juga: Jakarta Darurat Polusi Udara, Awas Risiko Serangan Jantung Mengintai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+