Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jakarta Darurat Polusi Udara, Bagaimana Cara agar Tidak Jatuh Sakit?

KOMPAS.com – Pada awal Agustus 2019, Jakarta menjadi kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Menanggapi peringkat memalukan tersebut, banyak warga yang lantas menjadi khawatir bila polusi udara berdampak buruk pada kesehatan mereka dan keluarga.

Kekhawatiran ini benar adanya. Sebab, menurut dr. Feni Fitriani Taufik, Sp. P (K), M.Ked selaku dokter spesialis paru dan pernapasan konsultan paru kerja dan lingkungan yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, dampak polusi udara Jakarta memang sangat berbahaya terhadap kesehatan paru-paru yang merupakan organ pernapasan paling akhir.

“(Jenis polutan) PM2.5 itu ukurannya halus sekali, 100 kali lebih halus daripada satu helai rambut. Terbayang, bila terus terhirup dalam jangka panjang akan meningkatkan jumlah radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir oleh antioksidan alami dalam tubuh kita,” ujarnya.

Jika diteruskan, polusi bisa merangsang terjadinya perubahan sel pada saluran pernapasan, diserap pembuluh darah dan menyebar ke berbagai organ tubuh.

Dampak jangka panjangnya adalah peradangan sistemik, penurunan fungsi paru, merangsang terbentuknya risiko penyempitan pembuluh darah dan bahkan memicu sejumlah penyakit kronik, seperti kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), stroke, penyakit jantung, serta diabetes.

Pada anak-anak yang bernapas lebih cepat dibanding orang dewasa, paparan polusi udara bisa berdampak serius.

Dokter Wahyuni Indawati, Sp. A (K), dokter spesialis anak konsultan respirologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, berkata bahwa pengaruh polusi udara yang paling umum pada anak adalah iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan perburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya.

Lalu, pada ibu hamil yang lebih sensitif, efeknya bahkan bisa sampai ke janin, ungkap Dokter Merwin Tjahjadi, Sp. OG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Dia berkata bahwa terlalu banyak terpapar udara berkualitas buruk bisa meningkatkan risiko kardiovaskular maupun hipertensi dalam kehamilan akibat proses pengapuran plasenta, memicu terjadinya infeksi saluran pernapasan atas atau asma pada ibu hamil dan menurunkan tingkat fertilitas.

Pada bayi, paparan udara berpolusi selama dalam kehamilan bisa membuatnya terlahir dengan berat badan redan, terlahir prematur, telahir dengan cacat bawaan atau bahkan gugur.

Pola makan sehat untuk daya tahan tubuh

Dalam menjaga kesehatan Anda dan keluarga, para dokter setuju bahwa mengoptimalkan daya tahan tubuh dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti makan makanan yang bergizi dan berolahraga secara runtin, merupakan kunci penting dalam menangkal dampak buruk polusi udara Jakarta.

Dokter Raissa Edwina Djuanda, Sp. GK, M.Gizi, dokter spesialis gizi klinik RS Pondok Indah – Puri Indah mengungkapkan bahwa menjalani Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti makan-makanan bergizi dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah- buahan, mencukupi asupan air putih, istirahat cukup, sering cuci tangan, tidak merokok, dan lainnya, efektif mengurangi dampak polusi udara pada tubuh.

Namun untuk menangkal radikal bebas, Anda mungkin membutuhkan beberapa makanan yang kaya antioksidan.

Vitamin C, misalnya. Merupakan salah satu antioksidan terkuat, vitamin yang larut dalam air ini dipercaya dapat membantu proses regenerasi sel. Anda bisa mendapatkan vitamin C secara alami dari jeruk, lemon dan kiwi.

Vitamin E yang larut dalam lemak juga berguna sebagai garis pertahanan pertama dalam melawan peradangan pada jaringan tubuh. Vitamin E dapat ditemukan pada minyak bunga matahari, canola, kacang tanah, dan minyak zaitun. Selain itu, almond, biji bunga matahari, salmon dan telur juga merupakan sumber vitamin ini.

Lalu, lemak Omega-3 yang terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian serta minyak ikan melindungi tubuh dari dampak polusi udara terhadap kesehatan jantung dan profil lipid.
Beta karoten yang terdapat pada sayuran berdaun, seperti selada, wortel dan bayam juga memainkan peran penting dalam mengendalikan peradangan.

Menjaga kesehatan paru di tengah polusi

Selain dari asupan makanan, ada hal-hal lain yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan paru di tengah polusi udara Jakarta yang begitu buruk.

Nasihat pertama dari dr Feni adalah menghentikan kebiasaan merokok. “Udara yang kita hirup kualitasnya sudah sangat buruk, jangan diperparah dengan kebiasaan merokok,” katanya.
Lalu, selalu menggunakan masker ketika keluar rumah apabila kualitas udara tidak sehat.

Untuk diketahui, indikasi kualitas udara pada Air Quality Index adalah baik (<50), sedang (51-100), kurang sehat (101-150), tidak sehat (151-200), sangat tidak sehat (201-300) dan berbahaya (>300). Bagi kelompok masyarakat sensitif, seperti ibu hamil, bayi dan anak-anak; kualitas udara kurang sehat saja bisa menimbulkan dampak buruk.

Dalam menggunakan masker pun, perhatikan produk yang Anda pilih dan cara memakainya.

Dokter Feni menyarankan masker tipe N95 yang efektif menangkal partikel PM2.5 hingga 95 persen karena dilengkapi dengan lapisan penyaring khusus.

Ketika dipakai secara benar, masker ini memang tidak terasa nyaman karena pemasangannya harus rapat sehingga tidak ada kebocoran. Sementara itu, untuk si kecil, pastikan masker yang dikenakannya adalah masker dengan ukuran khusus anak-anak.

Dokter Feni dan dr Wahyuni juga menyarankan untuk menghindari berada di luar ruangan terlalu lama, terutama saat kadar polutan tinggi; menggunakan pendingin ruangan dalam mode “re-circulate”; dan mengganti filter pendingin ruangan secara teratur.

Pastikan juga status hidrasi anak cukup agar saluran pernapasannya tetap lembap dan lendir tetap encer.

Terakhir, lakukan cek berkala kesehatan, baik paru, kehamilan maupun kesehatan secara umum, dengan dokter-dokter terkait.

https://sains.kompas.com/read/2019/08/10/180700723/jakarta-darurat-polusi-udara-bagaimana-cara-agar-tidak-jatuh-sakit-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke