Kendala yang dihadapi
Secara umum, tuberkulosis dapat disembuhkan dengan menjalankan pengobatan yang membutuhkan tingkat disiplin tinggi sesuai arahan dokter. Namun, terkadang sebagian pasien berhenti menggunakan obat dalam jangka waktu tertentu karena sudah merasa baikan.
Hal ini dapat memicu perkembangan penyakit menjadi Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB).
“MDR-TB adalah suatu kondisi dimana pasien resisten terhadap minimal dua obat paling ampuh, yaitu isoniazid dan rifampisin atau obat anti TB lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisin, dan pirazinami. Sehingga pasien MDR-TB akan membutuhkan pengobatan dengan dosis yang lebih tinggi”, ungkapnya.
Selain tingkat kepatuhan pasien, hal lain yang juga menjadi kendala adalah kurangnya edukasi atau komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien, juga masih adanya stigma terhadap penderita tuberkulosis.
“Hal yang paling tidak mengenakkan sebagai seorang pasien adalah stigma, baik dari lingkungan sekitar, maupun dari dalam diri sendiri”, ujar Paran Sarimita, mantan penderita tuberkulosis yang saat ini telah sembuh total.
Paran juga menjelaskan kesulitan untuk tidur dan beraktivitas normal kala masih menderita tuberkulosis. Sebelumya, Paran didiagnosa menderita MDR-TB, sehingga membutuhkan perawatan dan konsumsi obat dalam jangka waktu sangat panjang.
“Waktu itu berat badan saya hanya 36 kg, jadi butuh 15 pil obat setiap harinya”, jelasnya.
Penyakit ini mempertemukan Paran dengan komunitas penderita tuberkulosis lain, yang kemudian memberikan dukungan moral dan informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi penyakit ini.
“Support itu dibutuhkan banget, karena gak ada lagi yang bisa mengerti kita selain sesama”, ujarnya.
Baca juga: Pakar: Tuberkulosis Bisa Musnah Pada 2045, Asal...
Pencegahan
Meski tuberkulosis dapat menyerang siapa saja, namun hanya orang dengan ketahanan tubuh yang sedang lemah saja yang dapat mengembangkan gejalanya.
Untuk itu, Erlina menyarankan pembiasaan gaya hidup sehat sebagai benteng pertahanan pertama terhadap bakteri tuberkulosis.
Pola hidup sehat ini antara lain termasuk makan bergizi dan seimbang, istirahat cukup, tidak merokok, menjemur kasur atau alas tidur lain agar tidak lembab, dan membuka pintu atau jendela pagi dan sore sehingga ventilasi ruangan lancar.
Khusus untuk rokok, Erlina menekankan bahwa meski rokok tidak menimbulkan tuberkulosis, namun ia dapat meningkatkan risiko infeksi oleh bakteri tersebut.
“Satu batang rokok akan melumpuhkan silia (rambut getar) di saluran napas yang berfungsi untuk mengusir kuman keluar tubuh”, terang Erlina.
Selain pembiasaan pola hidup sehat, saat ini pemerintah dan berbagai instansi lain tengah mengupayakan penyebaran informasi terkait tuberkulosis. Hal ini diharapkan dapat memberikan edukasi pada masyarakat demi tercapainya target 2050 Indonesia bebas tuberkulosis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.