KOMPAS.com - Gempa Donggala dan Tsunami Palu yang terjadi 28 September 2018 terus dikaji oleh para ilmuwan di seluruh dunia.
Bagaimanapun, gempa Palu yang menewaskan lebih dari 2.000 orang memiliki segudang misteri untuk dikaji secara ilmiah.
Selain gempa berkekuatan 7,4 magnitudo dan disusul tsunami, fenomena likuefaksi juga muncul di Petobo, Palu.
Berikut beberapa fakta ilmiah yang sudah berhasil diungkap para ahli tentang bencana mematikan di Palu, Sulawesi Tengah.
1. Waktu Tsunami
Teka-teki paling besar yang berhasil dipecahkan sepekan pasca bencana adalah waktu pasti terjadinya tsunami yang menghantam Palu.
Berdasar data yang diperoleh BIG dari stasiun pasang surut di Pantoloan, Palu, diketahui air surut maksimal terjadi Jumat (28/9/2018) pukul 18.08 WITA dan pasang maksimal terjadi pukul 18.10 WITA.
Artinya, tsunami Palu muncul berselang 8 menit setelah gempa.
Baca juga: Kini Terungkap, Tsunami Palu Menerjang Hanya 8 Menit Setelah Gempa!
2. Ketinggian Tsunami
Berdasarkan data dari stasiun yang sama, para ahli berhasil memperkirakan ketinggian tsunami yang menerjang kota Palu.
Menurut Widjo Kongko, ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), tinggi tsunami dipastikan 3,6 meter.
Baca juga: Sempat Simpang Siur, Begini Perhitungan Ketinggian Asli Tsunami Palu
3. 6 menit jelang tsunami Palu
Ahli tsunami Dr. Eng. Hamzah Latief dari Kelompok Keahlian Osealografi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) menangkap momen 6 menit jelang tsunami.
Hamzah menyebut, tsunami diawali dengan gempa yang dipicu strike-slip Patahan Palu Koro.
Guncangan itu menyebabkan longsoran sedimen yang oleh aliran sungai dikumpulkan di muara. Ketika lempeng bergerak, sedimen tersebut meluncur jatuh dan menimbulkan tsunami.
Baca juga: Pulang Survei, Ahli ITB Ungkap Kejadian 6 Menit Jelang Tsunami Palu