KOMPAS.com — Setelah mencoba mendapatkan data dari stasiun pasang surut di Pantoloan, Palu, Badan Informasi Geospasial (BIG) akhirnya berhasil mengungkap waktu persisnya kejadian tsunami yang menerjang Teluk Palu.
Berdasarkan data tersebut, diketahui air surut maksimal terjadi Jumat (28/9/2018) pukul 18.08 WITA, sementara pasang maksimal terjadi pada pukul 18.10 WITA.
Menyimpulkan, Mohamad Arief Syafii, Deputi Informasi Geospasial Dasar BIG, mengungkapkan bahwa tsunami mulai terjadi 6 menit setelah gempa.
Sementara pada pukul 18.10 WITA atau hanya 8 menit setelah gempa, tsunami sudah menerjang Pelabuhan Palu di Pantoloan.
Dengan jarak Pantoloan ke Kota Palu yang sekitar 28 kilometer, maka Arief mengungkapkan beda waktu gelombang tsunami sampai di Palu "selisihnya enggak sampai 1 menit."
Menurut data, tinggi maksimum gelombang yang terbaca lewat tide gauge di Pantoloan adalah 2 meter. Tetapi, tsunami yang menerjang Palu bisa jadi lebih.
"Gelombang di Palu bisa lebih tinggi karena masuk ke teluk yang lebih sempit dan dangkal. Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ketinggian di Palu ada yang 6 meter," kata Arief.
Baca juga: Data Satelit Ungkap 47,8 Hektar Wilayah Palu Amblas
Informasi baru tentang waktu dan ketinggian tsunami ini bisa menjadi pertimbangan ilmuwan untuk melihat ulang mekanisme yang memicu kejadian yang tak terduga ini.
Jeda gempa dan tsunami yang singkat ini menegaskan apa yang sebelumnya telah diungkapkan oleh peneliti geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto.
Ia mengungkapkan, dalam konteks Indonesia, mitigasi tsunami perlu dibarengi dengan edukasi masyarakat dalam mengenali gempa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.