Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Penularan DBD, Pahami Lima Fakta tentang Serangan Nyamuk

Kompas.com - 29/01/2019, 20:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Memasuki musim hujan, invasi nyamuk mulai bermunculan. Dalam sepekan terakhir, ratusan orang di Jakarta dinyatakan positif mengalami demam berdarah dengue (DBD).

Diberitakan sebelumnya, data kasus DBD di DKI Jakarta sampai 27 Januari 2019 tercatat ada 613 kasus. Itu baru di Jakarta, belum terhitung wilayah lain di Indonesia.

Seperti kita tahu, penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang dibawa nyamuk. Biasanya gejalanya demam tinggi, muncul ruam merah, dan nyeri pada otot juga sendi.

Untuk menghindari gigitan nyamuk, ada baiknya kita tahu apa yang disuka dan bisa bikin nyamuk jera. Berikut beberapa ulasan yang pernah dibahas di Kompas.com:

Baca juga: Penyebaran DBD Kian Meluas di DKI

1. Gen pada nyamuk yang gemar isap orang tertentu

Dalam jurnal Nature, ahli menemukan gen pada nyamuk yang mengarahkan mereka menggigit seseorang lebih sering dibanding yang lain dan menyebarkan virus dengue.

Dengan memanipulasi gen nyamuk tersebut, Dr Gordana Rasic yang melakukan studi yakin bahwa penanganan penyakit zika dan DBD bisa lebih terkontrol.

Namun untuk sampai ke sana, harus ada kajian yang dapat menjelaskan lebih rinci tentang gambaran DNA nyamuk.

Baca juga: Ahli Temukan Gen di Nyamuk yang Gemar Isap Darah Orang Tertentu

2. Obat nyamuk bentuk piramida diklaim lebih efisien dan dapat membunuh nyamuk

"Kalau bentuknya coil (spiral) pinggirannya banyak yang terbuang. Sedangkan bentuk kotak atau piramida lebih efisien karena tidak ada yang terbuang," kata Lula Kamal, aktris sekaligus dokter umum saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon.

Selain bentuk, obat nyamuk juga mengalami perubahan. Kalau dulu hanya ampuh mengusir nyamuk, kini perusahaan obat nyamuk terus berinovasi untuk membuat produk yang juga bisa membunuh nyamuk.

Baca juga: Obat Nyamuk Bakar Bentuk Piramida, Apa Bedanya dengan yang Spiral?

3. Gigitan nyamuk bisa pengaruhi kekebalan tubuh

Air liur nyamuk disebut mengandung protein yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan berkontribusi terhadap perkembangan penyakit.

Dalam laporan yang dimuat di jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases, (17/5/2018), efek air liur nyamuk itu bisa bertahan lama.

Baca juga: Bukan Cuma Bikin Gatal, Gigitan Nyamuk Bisa Pengaruhi Kekebalan Tubuh

4. Kandungan karbon dioksido di tubuh mengundang gigitan nyamuk

Tahun lalu sebuah studi menemukan ada 400 senyawa kimia pada kulit yang merangsang nyamuk untuk datang.

Dr Cameron Webb dari Universitas Sydney menjelaskan, salah satu hal yang menjadi daya tarik adalah kandungan karbon dioksida di tubuh.

"Seekor nyamuk bisa mencium bau karbon dioksida yang kita hirup. Hal ini menjadi pembeda umum antara nyamuk dengan hewan berdarah panas seperti burung, sapi, atau kanguru. Selain itu, hanya nyamuk betina yang menggigit karena mereka butuh nutrisi untuk mengembangkan telur," kata Webb dikutip dari ABC News, Minggu (3/12/2017).

Selain itu, nyamuk akan mencari bau keringat untuk menemukan kulit yang memiliki banyak darah.

"Penelitian asam laktat dalam keringat menunjukkan bahwa itu adalah penyebab utama nyamuk menggigit Anda," sambung Webb.

Baca juga: Sudah Bersih Kok Masih Saja Digigit Nyamuk? Sains Jelaskan Alasannya

5. Meski meleset, pukulan kita bikin nyamuk jera mendekat

Membunuh nyamuk dengan cara menepuknya sampai mati bisa jadi cara ampuh untuk memperingatkan mereka agar tidak datang mendekat. Kalau pun pukulan kita meleset, mereka tetap tak berani mendekat.

Hal itu disampaikan sekelompok ahli di laporan yang terbit dalam jurnal Current Biology, (25/1/2018).

Semua nyamuk, termasuk Aedes aegypti tidak hanya dapat mengingat bau manusia. Tapi mereka juga ingat bau dan interaksi tak menyenangkan yang pernah dilalui. Setidaknya, ingatan itu bertahan selama 24 jam.

Baca juga: Meski Meleset, Pukulan Anda Bisa Bikin Nyamuk Kapok dan Tak Mendekat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau