KOMPAS.com - Saat nyamuk menggigit tubuh kita, mereka tidak sekedar menghisap darah serta meninggalkan rasa gatal yang tak kunjung reda.
Mereka juga meninggalkan air liur mengandung protein yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan penyakit.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia bereaksi memang terhadap ludah nyamuk. Namun tidak jelas sejauh mana.
Studi baru yang dipublikasikan pada Kamis (17/5/2018) di jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases menjawab pertanyaan itu.
Kali ini peneliti melakukan studi mereka dengan cara membuat replika sistem kekebalan manusia pada tikus.
Meski tidak memiliki setiap komponen dari sistem kekebalan tubuh manusia, namun tikus bisa memberikan gambaran korelasi antara air liur nyamuk dengan sistem imun manusia.
Baca juga: Bukti Baru, Nyamuk Bisa Cium Bau Orang yang Terinfeksi Malaria
Dalam studi tersebut, para peneliti dari Baylor College of Medicine, Texas, menyuntik bayi tikus dengan sel punca hematopoietik manusia yang diambil dari tali pusar.
Ketika tikus tumbuh dewasa dan memiliki sistem kekebalan tubuh seperti manusia, para peneliti membiarkan tikus digigit oleh nyamuk sebanyak empat kali.
"Metode dalam penelitian ini merupakan hal yang baru karena Anda tidak bisa mengambil sampel limpa dan sumsum tulang setelah orang digigit nyamuk," kata Rebecca Rico-Hesse, peneliti sekaligus profesor virologi di Baylor College of Medicine.
Mereka lantas membandingkannya dengan tikus yang belum digigit nyamuk. Rupanya pendekatan ini memberikan hasil yang mengejutkan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.