Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Plastik, Si Serba Guna Tapi Berbahaya

Kompas.com - 22/03/2018, 20:15 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Uniknya, untuk benda yang bertujuan berbeda, para ahli dengan mudah mengutak-atik rangkaia struktruk polimernya.

Contohnya, botol susu di Inggris yang standar menggunakan polyethylene atau C2H4. Dengan menambah satu karbon saja, polimer tersebut menjadi polypropylene yaitu bahan plasti yang lebih kuat.

Baca juga: Antara Pohon Natal Asli dan Plastik, Mana yang Lebih Baik?

Isu Lingkungan

Pada masa-masa tersebut, optimisme terhadap plastik cenderung berlebihan. Tapi hal ini tak bertahan lama.

Sesudah perang, terjadi pergeseran persepsi tentang plastik. Ia tak lagi dipandang positif, terutama setelah puing-puing plastik di lautan pertama kali teramati pada 1960-an.

Apalagi 1962, Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring mengungkapkan bahaya pestisida. Ditambah pada 1969, tumpahan minyak di lepas pantai California juga mulai mendapat perhatian.

Kedua kasus tersebut meningkatkan kekhawatiran tentang polusi. Kesadaran tentang isu lingkungan pun menyebar dan membuat plastik dipandang negatif.

Sejak 1970-an hingga kini, plastik menjadi limbah yang diwaspadai. Sayangnya, pengelolaan limbah plastik belum sepenuhnya tertangani dengan baik.

Isu Kesehatan

Reputasi plastik juga kian menurun setelah ia disebut menjadi ancaman potensial terhadap kesehatan manusia. Hal ini karena adanya bisphenol A (BPA), bahan kimia yang dimasukan pada plastik untuk membuatnya fleksibel, tahan lama, dan transparan.

BPA pada plastik yang digunakan untuk mewadahi makanan atau air minum dalam dosis yang tinggi bisa mengganggu sistem endokrin (hormonal).

Baca juga Laut Terdalam Bumi Kini Tercemar Plastik, Manusia Harus Merasa Berdosa

Untuk menyelesaikan masalah BPA, para peneliti kemudian membuat plastik yang bebas BPA untuk wadah makan dan minum.

Namun, ini bukan berarti masalah dari plastik berhenti. Seperti yang disebutkan sebelumnya, baru-baru ini masalah mikroplastik juga menjadi sorotan.

Meski belum ada penelitian yang jelas mengenai efek mikroplastik dalam tubuh, tapi para ilmuwan memperingatkan bahayanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau