Produk awal parkesin seperti gagang pisau, sisir, kancing, dan lain sebagainya. Parkes memamerkan produk-produk tersebut di London's Science Museum pada 1862.
Perkembangan Plastik
Temuannya ini kemudian dijual pada dua orang Amerika, Hyatt bersaudara. Untuk meningkatkan kelenturan parkesin, mereka kemudian menambahkan kamper dan menamainya seluloid pada 1870.
Namun, terobosan besar pada perkembangan plasti sebenarnya terjadi pada 1907.
Tahun tersebut menjadi kelahiran era plastik modern dengan penemuan Bakelite oleh Leo Baekeland. Bakelite merupakan plastik sintetis pertama di dunia.
Dengan kata lain, bakelite tidak berasal dari tumbuhan atau hewan, melainkan dari bahan bakar fosil.
Sayangnya, Bakelite bukanlah isolator yang baik seperti seluloid. Karenanya, berbagai penelitian lanjutan terus dikembangkan untuk mencari plastik baru.
Baca juga: Makin Mengerikan, Tiap Tahun 1.000 Penyu Mati akibat Sampah Plastik
Selanjutnya, Baekland menggunakan fenol, asam yang berasal dari tar batubara.
Dia kemudian membuat polystyrene pada 1929, poliester pada 1930, polyvinylchloride (PVC) dan polythene pada 1933, dan nilon pada 1935.
Kejayaan Plastik
Tahun-tahun selanjutnya, saat Perang Dunia II berkecamuk, industri plastik sintetis berjaya. Hal ini karena adanya tuntutan untuk melestarikan sumber daya alam yang langka.
Dari hal tersebut, produksi alternatif sintetis menjadi prioritas. Misalnya saja, sutra mulai digantikan nilon untuk bahan parasut, tali, pelindung tubuh, dan lain sebagainya.
Sepanjang periode perang, penelitian tentang plastik juga terus dilakukan. Ini terbukti pada 1941, polyethylene terephthalate (PET) ditemukan.
PET sendiri merupakan bahan untuk membuat botol minuman bersoda karena cukup kuat menahan dua tekanan atmosfer. Hal ini juga membuktikan betapa serba gunanya bahan-bahan baru yang murah tersebut.
Selanjutnya, plastik juga berkembang menjadi sarung tangan musim dingin, pembungkus bunga, dan lain sebagainya.