Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Bisa Ular Bergerak Lurus seperti Kereta Api di Atas Rel?

Kompas.com - 13/02/2018, 10:45 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com —  Ternyata ular tidak hanya merayap seperti huruf S saja, tetapi bisa juga merayap secara lurus. 

Ahli biologi dari Universitas Cincinnati, Bruce Jayne, mengungkapkan bahwa ular memiliki mekanisme otot yang unik untuk bisa merayap layaknya kereta api yang bergerak di atas rel.

"Merayap lurus sangat baik untuk bergerak di ruang terbatas dan sempit. Sudah banyak jenis ular, terutama ular berukuran besar yang melakukannnya, seperti viper, boa, anaconda, dan piton," kata Jayne.

Baca Juga: Kisah Nyata dari Thailand, Lipan Raksasa Memangsa Ular

Penelitian tentang cara merayap ular tersebut dilakukan pertama kali oleh ahli biologi HW Lissmann pada tahun 1950.

Saat itu, Lissman berpendapat bahwa otot ular itu bergerak bersamaan dengan kulit perutnya yang longgar dan licin sehingga bisa bergerak maju tanpa menekuk tulang belakangnya.

Hal tersebut dibantah Jayne dan rekannya, Steven Newman, yang melakukan uji coba pada ular Boa yang memiliki badan besar dan merayap secara lurus di hutan.

Kedua peneliti tersebut menggunakan kamera digital canggih untuk merekam impuls listrik melalui proses elektromiagram pada kulit dan tubuh ular untuk mengetahui gerakan ular.

Baca Juga: Mengenal Monster Ular dari Zaman Prasejarah yang Makan Buaya

Saat ular bergerak maju, kulit di bagian perut lebih lentur daripada gerakan kulit di atas tulang rusuk dan punggungnya.

Kulit di bagian perut ular memberikan daya cengkeram ke tanah pada saat otot mendorong tubuh ular ke arah depan. Gerakannya seperti gelombang dan berurutan dimulai dari otot kepala hingga otot bagian ekor. Gerakan ini mirip seperti seperti sebuah ban yang melaju di tanah.

Ada dua otot yang berperan penting saat gerakan ini terjadi, yaitu bagian rusuk (costo) dan kulit (custaneus). Untuk itu gerakan tersebut diberi nama costocutaneous.

"Dengan kecepatan konstan, kolom vertebral bergerak maju. Satu bagian otot menarik kulit ke depan dan kemudian akan berhenti sesaat, setelah itu disusul gerakan otot antagonis secara berlawanan menarik kolom vertebral tersebut," Kata Newman. 

Gerakan hewan seperti ini akan menjadi keuntungan bagi pemangsa hewan pengerat dan hewan lainnya yang berada di atas tanah hutan.

Namun, menurut peneliti, ular hanya bergerak secara lurus saat santai dan akan kembali ke gerakan serpentine pada saat terkejut. 

Penelitian yang didanai National Science Foundation menjelaskan  kesalahan hipotesis Lissman pada tahun 1950-an yang menjelaskan gerakan maju ular karena gerakan otot yang menarik kulit dan menyebabkan ular bergerak maju.

"Tapi, mengingat saat dia melakukan studi ini, saya kagum pada bagaimana dia bisa melakukannya. Saya memiliki kekaguman yang luar biasa atas wawasannya," kata Newman.

Baca Juga: Hiu "Berbadan Ular" dengan 300 Gigi Ditemukan, Setua Dinosaurus

"Ular ada di mana-mana, di air, di daratan, memanjat pohon, ataupun bergerak horizontal. Itu karena mereka memiliki begitu banyak cara mengendalikan otot mereka. Itu sangat menarik," tambahnya.

Ada empat gerakan ular, yaitu serpentin adalah gerakan berkelok-kelok seperti huruf S. Ada pula konsertina, gerakan yang memendekkan dan memanjangkan tubuhnya.

Selain itu ada sidewinding, gerakan membengkokkan badan dan membuat sedikit titik badan ular yang bersentuhan langsung dengan tanah atau pasir. Gerakan ini sering dilakukan pada ular rattle pada padang pasir yang panas.

Terakhir, rectalinier atau gerakan lurus pada ular yang memanfaatkan otot dan kulit di bagian perut serta cengkeramannya pada tanah. Gerakan ini bisa membantu ular masuk lobang kecil.

Menurut Newman, hasil penelitian ini akan menjadi keuntungan besar bagi dunia robotik yang bisa bergerak lurus di ruang kecil yang terbatas untuk pencarian dan penyelamatan di puing-puing dan bangunan yang roboh, dikutip Physorg, Senin (12/2/2018).

Baca juga : Viral Video Ular di Dalam Toilet, Ini Kata Herpetolog

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com