Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Monster Ular dari Zaman Prasejarah yang Makan Buaya

Kompas.com - 09/01/2018, 18:06 WIB
Lutfy Mairizal Putra,
Michael Hangga Wismabrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com –- Meski punya warna yang indah, ular tak selalu bisa dijadikan hewan peliharaan. Jika merasa terancam reptil itu tak akan segan-segan melancarkan serangang, terlebih ular yang merasa di rantai teratas para predator.

Jika kita naik mesin waktu dan pergi ke Kolombia saat 60 juta tahun, Anda akan menemukan ular raksasa yang panjangnya melebihi bis sekolah. Ular itu menjadi predator paling berkuasa pada periode Paleosen, 65,6-55,8 juta tahun yang lalu, setelah kemusnahan dinosaurus terjadi.

Bagaimana tidak, dengan panjang yang mencapai 14,6 meter, Titanoboa sudah terlampau besar meskipun menurut standar masa itu di mana hewan-hewan besar tercipta dalam kondisi lembab dan beruap.

Bobot Titanoboa juga diperkirakan mencapai 1,13 ton. Dengan tubuh yang raksasa tersebut, tidak heran bila monster ular ini bisa membelit dan menelan buaya utuh-utuh.

Baca Juga: Detik-detik Mengerikan Ular Piton Memuntahkan Biawak

Dikutip dari BYU, penemuan Titanoboa berawal saat tim peneliti mengunjungi tambang batubara terbesar di dunia di Cerrejón di La Guajira, Kolombia, pada tahun 2002. Saat itu, peneliti sedang mempelajari penemuan berupa fosil daun dari seorang mahasiswa asal Kolombia.

Fosil tersebut memberi petunjuk tentang keberadaan kawasan hutan hujan kuno di jaman Paleosen di lokasi tersebut.

Lalu, ekspedisi yang dipimpin oleh Smithsonian Tropical Research Institute di Panama dan Museum Sejarah Alam Florida di University Florida dilakukan untuk meyakinkan asal muasal fosil daun tersebut.

Hasilnya, peneliti meyakini lokasi tersebut merupakan hutan hujan pertama di bumi. Para peneliti juga menemukan fosil ular, buaya raksasa, serta tanaman kacang-kacangan, pisang, alpokat dan cokelat.

Baca Juga: Sial dan Mengenaskan, Ular Dimakan Lipan Raksasa Berbisa Saat Bertelur

Jonathan Bloch dari Museum Sejarah Alam Florida dan Carlos Jaramillo dari STRI yang merupakan pakar terkemuka di dunia dalam ular purba bergabung dalam penelitian tersebut untuk menguak dan belajar lebih banyak tentang bagaimana Titanoboa hidup dan berburu.

Fosil menunjukkan bahwa setelah masa kepunahan dinosaurus, suhu daerah tropis lebih hangat dari hutan masa sekarang. Saat itu, hutan hujan pertama di Amerika Selatan pun terbentuk dan makhluk besar berjuang untuk menjadi pemangsa puncak bumi, termasuk Titanoboa.

Kini nenek moyang ular itu dapat disaksikan kembali di Monte L. Bean Life Science Museum di Universitas Brigham Young, Utah, Amerika Serikat. Model Titanoboa dibuat dengan skala penu,h lengkap dengan buaya yang setengah tertelan di mulutnya.

Pameran bertajuk Titanoboa: Monster Snake juga memberi kesempatan kepada pengunjung untuk membandingkan kulit reptil modern dan nenek moyang mereka. Selain itu, ada juga video dan kegiatan khusus untuk anak-anak.

Model Titanoboa dipinjam dari Smithsonian Institution Travelling Exhibition Service. Pameran berlangsung sampai 17 Maret 2018.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau