KOMPAS.com - Beberapa waktu terakhir, penyebaran virus flu meningkat. Bahkan di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, banyak orang yang meninggal karena periode yang sering disebut "flu season" ini.
Tak tinggal diam, para ilmuwan pun terus mengembangkan pengobatan dan pencegahan virus ini. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh tim peneliti dari Columbia University Medical Center, Amerika Serikat.
Para peneliti tersebut mengembangkan lampu ultraviolet (UV) yang bisa mencegah penyebaran virus flu di tempat umum.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports tersebut, sinar ultraviolet dapat membunuh virus flu di udara tanpa menyakiti manusia.
Baca juga: Untuk Orang Alergi Telur, Vaksin Flu Perlu Diberikan dengan Hati-hati
"Kita telah lama tahu bahwa sinar UV sangat efisien dalam membunuh mikroba, bakteri, dan virus," ungkap David Brenner, pemimpin penelitian ini dikutip dari Time, Jumat (09/02/2018).
Oleh karena itu, perangkat UV sering digunakan untuk sterilisasi. Misalnya saja peralatan medis di rumah sakit atau air minum saat berkemah di pedalaman.
Meski begitu, tim ini mengetahui bahwa lampu pembunuh kuman konvensional tidak aman bagi manusia di sekitarnya. Saat melakukan kontak terlalu lama dengan lampu kuman, manusia bisa terkena kanker kulit dan katarak.
"Jadi sampai sekarang, lampu pembunuh kuman ini hanya beroperasi saat tidak ada manusia di sekitarnya," ujar Brenner.
"Anda bisa menstreilkan ruangan di rumah sakit, tapi tidak ketika ada orang di dalamnya," imbuhnya.
Hal ini memunculkan ide untuk membuat lampu anti-kuman yang tidak berbahaya bagi manusia. Brenner mengatakan, kira-kira lima tahun lalu, tim Columbia menghasilkan solusi yang potensial.
Solusi tersebut adalah sinar diujung spektrum UV-C atau juga dikenal sebagai UV-C jauh, memiliki panjang gelombang yang sangat pendek. Para peneliti menduga bahwa gelombang tersebut dapat menghancurkan bakteri dan virus mikroskopik tanpa merusak kulit dan mata manusia.
Baca juga: Sering Wisata ke Luar Negeri? Anda Perlu Vaksin Flu Segera
"Kami ingin mendapatkan semua manfaat sinar UV dalam hal membunuh mikroba, tapi tanpa bahaya kesehatan," ujar Brenner.
Penelitian sebelumnya pada hewan dan manusia juga menunjukan bahwa paparan sinar UVC memang jauh lebih aman.
"Kami belum melihat kerusakan biologis pada sel kulit dan sel mata, sedangkan dengan sinar UV konvensional kami selalu melihat banyak kerusakan biologis," tambah Brenner.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa cahaya UV C jauh dapat membunuh bakteru MRSA, yaitu penyebab umum infeksi setelah operasi.
Penelitian Brenner dan koleganya menemukan bahwa cahaya UVC dapat secara efektif membunuh virus influenza di udara.
"Kami berpikir bahwa jenis lampu ini dapat berguna untuk ruang publik," kata Brenner.
"Pikirkan tentang ruang tunggu, dokter, sekolah, bandara, dan pesawat - semua tempat di mana mungkin ada virus di udara," imbuhnya.
Brenner juga mengatakan bahwa tidak seperti vaksin flu, sinar UVC jauh sepertinya lebih efektif untuk semua mikroba di udara, termasuk virus yang baru muncul. Lampu ini juga dapat memberikan implikasi potensial pada pengaturan klinis seperti ruang operasi.
Baca juga: Benarkah Penggunaan Masker Bedah Dapat Mencegah Flu?
"Tidak peduli seberapa baik Anda mensterilkan ruangan, tapi staf medis masih bisa membawa bakteri berbahaya seperti MRSA," ujar Brenner.
"Jika Anda menggunakan lampu ini di ruang operasi maka ia akan mensterilkan udara, Anda akan mencegah bakteri turun dan mengontaminasi luka," sambungnya.
Meski begitu, Brenner tidak bisa memastikan kapan lampu ini akan diperjualbelikan. Namun, dia optimis tentang teknologi ini.
"Belum ada cara untuk membunuh virus di udara di ruang publik, dan cara ini mungkin mengatasi masalahnya," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.