KOMPAS.com - Orang barat sering menggunakan istilah man flu yang merujuk pada pria yang sedang terkena demam atau flu namun terlihat sangat menderita dan seperti dilebih-lebihkan.
Ungkapan ini bahkan sudah masuk dalam kamus Inggris Oxford dengan penjelasan man flu merupakan penyakit flu ringan yang dialami seorang pria namun mereka seperti sangat tersiksa dengan hal itu.
Rupanya, ungkapan itu bukan sindiran semata. Baru-baru ini, seorang dokter asal Kanada menjelaskan sesuatu di balik fenomena man flu itu. Penelitian yang dilakukannya menyebut bahwa kondisi pria saat flu memang berbeda dengan wanita, dan itu normal.
Penelitian yang sudah diterbitkan di British Medical Journal (BMJ) membenarkan bahwa pria merasakan sakit yang lebih parah saat sedang mengalami flu atau infeksi pernapasan dibanding wanita.
Hal ini diungkap oleh Dr. Kyle Sue dari Memorial University of Newfoundland setelah mengumpulkan semua data medis yang relevan terkait tingkat keparahan gejala flu dan flu dalam perbedaan gender dan menganalisisnya.
Data yang dikumpulkannya menunjukkan bahwa pria memiliki risiko dirawat di rumah sakit lebih tinggi dibanding wanita pada kelompok usia yang sama. Parahnya, karena pria menderita flu terkadang juga bisa membawanya ke kematian.
Baca Juga : Hati-hati, Mesin Cuci Bisa Jadi Sarana Penularan Flu
Dilansir dari Seeker, Senin (18/12/2017), Sue menemukan bahwa pria lebih rentan mengalami komplikasi akibat penyakit pernapasan akut dan lebih mudah terserang penyakit akibat virus.
Data ini kemudian makin melengkapi penelitian sebelumnya yang sudah mengungkap bahwa pria memiliki kekebalan tubuh yang rendah dibanding wanita.
Seeker sudah menemukan bukti yang mengungkap bahwa sistem kekebalan tubuh pria dan wanita salah satunya dipengaruhi oleh hormon saat menghadapi infeksi saluran pernapasan.
"Semakin tinggi kadar testosteron, semakin buruk respon imun. Sebaliknya, jika hormon estrogen lebih banyak, maka tubuh akan lebih kuat," kata Sue kepada Seeker.
Sue mengatakan, jika seorang wanita telah menopause atau ovariumnya diangkat, maka tingkat kekebalan tubuh pria dan perempuan akan sama.
"Oleh karena itu, testosteron dapat menekan sistem kekebalan tubuh, sementara estrogen meningkatkannya," sambung Sue.
Dalam kesimpulan makalahnya, Sue menuliskan bahwa penyakit flu itu tidak adil saat menyerang wanita atau pria.
"Saat pria mengalami flu, dia tidak melebih-lebihkan gejala flu. Sistem kekebalan tubuh yang kurang menyebabkan morbiditas dan mortalitas lebih tinggi daripada yang terlihat pada wanita," ujar Sue.
Baca Juga : Vitamin D Bermanfaat Mencegah Flu?
Sue menerangkan bahwa penelitian yang mencerahkan ini sebenarnya adalah bagian dari program magisternya. Di balik ide sederhana yang ternyata mengundang pertengkaran gender, Sue mengaku penelitiannya masih perlu dilengkapi oleh penelitian lain.
Salah satunya, apakah dosis dalam pemberian vaksinasi pada pria dan wanita harus dibedakan dan bagaimana memberi obat pada wanita hamil.
Setidaknya penelitian Sue sudah berhasil membantu para pria untuk memberi sanggahan jika pria diejek saat sedang flu. Bahwa hal ini ada hubungannya dengan fisiologi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.