KOMPAS.com -- Bapak teori evolusi, Charles Darwin semasa hidupnya pernah melontarkan pertanyaan terkait tanaman berbunga (angiosperma). Dia bingung lantaran penyebaran bunga yang sangat cepat hingga menjadi tanaman paling dominan di bumi.
Di masa lalu, tanaman runjung dan pakis tumbuh di bumi lebih dulu. Tanaman berbunga pertama baru ada sekitar 150 juta tahun setelahnya. Namun kini sekitar 90 persen semua jenis tanaman, termasuk tanaman pangan menghasilkan bunga. Penyebarannya masih misteri.
Berabad-abad ilmuwan mencari tahu dan penasaran akan rahasia di balik misteri itu. Sekarang para ilmuwan Amerika yakin bahwa mereka memiliki jawaban dan bukti akan misteri ratusan tahun itu.
Temuan terbaru yang dipublikasikan di PLOS Biology, Kamis (11/1/2018) menunjukkan bahwa hal itu berkaitan dengan ukuran genom yang dimiliki tanaman.
Baca Juga : Nyeleneh, Nyamuk Ini Lebih Suka Nektar Bunga daripada Darah
Kevin Simonin dari San Fransisco State University di California, AS, berkata bahwa penyebaran itu sangat berkaitan dengan ukuran sel. "Dan bagaimana sebuah sel berukuran kecil dapat terus mempertahankan sesuatu yang diperlukan untuk hidup," kata Simonin seperti dikutip dari BBC, Minggu (14/1/2018).
Sebuah teka-teki membingungkan terjawab
Alasan penyebaran bunga yang sangat cepat menjadi perdebatan oleh para ahli sejak ratusan tahun, sampai seorang Charles Darwin menyebutnya sebagai misteri yang keji. Salah satu penyebabnya, Darwin takut jika hal ini justru menentang teori evolusinya.
Simonin dan rekannya Adam Roddy dari Yale University termasuk ilmuwan yang penasaran. Berbeda dari yang lain, keduanya berhasil menemukan hal yang spesial dari tanaman berbunga.
Awalnya, mereka mencari tahu apakah ukuran materi genetik pada tanaman mempunyai peran penting.
Mereka menganalisis data yang dimiliki Royal Botanic Gardens, Kew, terkait ukuran genom dari ratusan tanaman. Termasuk genom tanaman berbunga, gymnosperma (kelompok tumbuhan runjung), dan pakis.