KOMPAS.com -- Di antara beragam nyamuk penghisap darah, ternyata ada satu yang punya selera lain untuk santapannya. Spesies nyamuk bernama Wyeomyia smithii ini lebih memilih menghisap nektar atau sari bunga.
Namun, nyamuk yang hidup di rawa wilayah Amerika Utara ini tidak serta merta memilih menjadi vegeterian. Peneliti menemukan bahwa semua Wyeomyia awalnya mengandalkan darah sebagai makanannya.
Akan tetapi, seiring berjalanannya waktu, populasi mereka terbagi dan menyebabkan sebagian besar populasi nyamuk ini berevolusi dan memilih menyantap nektar, sementara sisanya masih memilih menghisap darah
Baca juga: Bahan Antiserangga yang Efektif Cegah Gigitan Nyamuk
Penelitian yang sudah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini melakukan kajiannya dengan melakukan perbandingan antara nyamuk penghisap darah dan membandingkannya dengan nyamuk penghisap nektar.
Tim memeriksa genetika nyamuk tepat saat nyamuk akan makan karena mereka menginginkan gambaran yang jelas mengenai aktivitas genetik di makanan yang baru saja mereka santap.
David Denlinger, pakar entomologi dari The Ohio State University sekaligus penulis utama penelitian ini menemukan adanya perbedaan yang masuk akal mengenai perilaku ini.
Nyamuk yang mengisap darah memiliki lebih banyak gen yang berhubungan dalam mengendus bau dan memiliki lebih sedikit gen yang berhubungan dengan kepekaan cahaya.
"Masuk akal karena menemukan darah bergantung pada deteksi bau, sedangkan penghisap nektar lebih mengandalkan pengelihatan untuk mencari makan," kata Denlinger dikutip dari Science Daily, pertengahan Desember 2017 lalu.
Denlinger juga menduga bahwa sebagian besar spesies tersebut beralih menghisap nektar lantaran terkait dengan risiko yang akan mereka hadapi.
"Menghisap darah itu butuh pengorbanan. Kadang seseorang bisa membunuh nyamuk dengan sekali tepuk," katanya.
Baca juga :Baca juga : Sudah Bersih Kok Masih Saja Digigit Nyamuk? Sains Jelaskan Alasannya
Lebih lanjut lagi, darah tinggi protein yang mereka hisap sebenarnya seperti makanan yang amat mengenyangkan sehingga nyamuk menjadi lamban setelahnya dan kesulitan menghindari predator.
Selain itu, darah merupakan stressor bagi nyamuk dan dapat mengandung zat-zat yang beracun bagi serangga.
Peneliti pun berharap temuan ini bisa membantu mengendalikan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk. Studi lebih lanjut tentunya diperlukan untuk mencari tahu pemicu yang menyebabkan perubahan genetik tersebut.
"Jika kita bisa mematikan kemampuan nyamuk untuk makan darah, itu akan menawarkan kemungkinan yang menarik," tambah Denlinger.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.