BrandzView
Halaman ini merupakan kerja sama antara Prodia dan Kompas.com

Secangkir Teh Tawar Hangat untuk Bunga...

Kompas.com - 01/12/2016, 20:31 WIB
Josephus Primus

Penulis


KOMPAS.com - Bunga menghela napas panjang. Lembar demi lembar kertas berserak di meja kerjanya. "Fuihh, masih dua lagi," tutur perempuan berambut sebahu ini. 

Malam sudah kian larut. Akan tetapi, lantaran dirinya masih dinanti pekerjaan pembuatan proposal reportase yang harus dipaparkan di hadapan jajaran pemimpin redaksi, Bunga memilih untuk begadang.

"Capek sih memang," gumamnya.

Bangkit dari kursinya, Bunga menatap malam dari balik jendela ruang kerjanya. Cahaya rembulan menerobos kaca bening jendela. "Cantik," katanya lagi.

Hampir diseruputnya lagi minuman kopi manis yang nyaris menyisakan ampas pada cangkir di meja. "Enggak ah, cukup untuk hari ini," tutur Bunga.

Kebiasaan minum kopi sudah dilakoni pemilik nama lengkap Bunga Savitri ini sejak duduk di bangku kuliah, hampir 15 tahun lalu. Memulai pendidikan tinggi di sebuah universitas swasta di kawasan utara Yogyakarta, Bunga jatuh cinta pada kegiatan pers mahasiswa.

"Kerja media itu asyik. Jadi punya banyak teman dan kegiatan menarik,"  tutur kelahiran Bogor pada 1983 ini.

Menggeluti pekerjaan jurnalistik usai mendapat status sebagai sarjana ekonomi, bagi Bunga, memang tak lepas dari risiko. Tak mengenal waktu, pekerjaan sebagai jurnalis pun acap membuat seseorang abai ihwal kualitas makanan.

"Nah itu, salah satunya ya aku jadi doyan minum kopi," aku penyuka celana jins ini.

Thinkstockphotos Ilustrasi

Hitunglah keseharian Bunga. Bangun tidur, dia sudah menyeruput kopi. Saat meliput di lapangan maupun mengedit tulisan di kantor, kopi pun jadi andalan. Sore hari, saat nongkrong berama teman-teman, lagi-lagi, Bunga ngopi. 

Nasgithel

Satu yang sering disebut Bunga, pemilik wajah oval ini soal kopi. "Orang Jawa bilang kopi nasgithel, panas-legi-kenthel," derai tawanya pun terdengar.

Kopi nasgithel (panas, manis, kental) yang jadi minuman favorit bunga memang menu kesayangan begitu banyak orang. Lihat saja, sembari duduk santai di rumah, kedai kaki lima hingga kafe berbintang lima, hidangan ini menjadi pilihan. Jelaslah, siapa yang tak doyan hidangan manis!

Perkara makanan maupun minuman manis dari tahun ke tahun memang menjadi sandungan. Terlebih lagi bila ditinjau dari segi kesehatan.

Asal tahu saja, diam tapi pasti, Indonesia berada di urutan lima besar negara dengan penduduk pengidap penyakit kencing manis alias diabetes mellitus (DM) baik tipe I maupun II.

Data International Diabetes Federation (IDF) pada 2015 menyebutkan, di Indonesia ada lebih dari 10 juta penduduk berusia 20 tahun hingga 79 tahun yang menderita diabetes.

Pada tahun itu, tercatat hampir 185.000 orang Indonesia meninggal karena diabetes. Itu pun, diperkirakan masih ada lebih dari 5 juta penderita diabetes yang tak terdata di luar sana.

Thinkstock Ilustrasi diabetes.

Ini penjelasan mengenai DM sebagaimana catatan diabetesmelitus.org. DM adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya.

Tubuh pasien dengan DM tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespons hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut.

DM dibagi menjadi beberapa tipe. DM tipe I biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe I memerlukan insulin dari luar tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya.

DM tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu.

Tipe DM lainnya adalah DM gestasional, yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi glukosa pada pasien tersebut.

Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat. Pemicunya adalah pola hidup yang semakin tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta pola makan yang tidak sehat.

Thinkstock Ilustrasi diabetes

Faktor risiko untuk DM tipe II  antara lain: genetik, lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat DM gestasional, serta ras atau etnis tertentu.

Setahun silam, Bunga terkejut karena tidak biasanya pada malam hari dia beberapa kali terjaga untuk buang air kecil. "Badan aku juga terasa lemas," katanya lagi.

Takut terjadi apa-apa, Bunga memeriksakan diri ke dokter. Dari diagnosa terbukti bahwa dirinya terkena DM. "Pola makan dan minuman manis yang dikonsumsi adalah salah satu pemicu," kata Sang Dokter.

Mengenang kali pertama mengidap DM memang bak mimpi buruk bagi Bunga. Terbayang di benaknya, bagaimana DM bisa berangsur menjadi penyakit mematikan. Ya, DM selalu menjadi pemicu rusaknya kinerja anggota tubuh seperti hati, jantung, mata dan sebagainya. "Menyeramkan," ujarnya.

Tak ingin menderita lebih parah, Bunga memilih memperbaiki pola makannya. Bunga lebih selektif memilih makanan berbasis karbohidrat. Sayuran dan buah-buahan juga selalu setia dalam daftar makanannya sejak bangun tidur hingga terlelap.

Lantas, bagaimana soal kebiasaan minum kopi?

Untuk yang satu ini, Bunga memupuk keyakinan sendiri. "Sampai sekarang, rasanya gimana gitu kalau enggak ngopi," akunya.

Jadilah, ia mengurangi konsumsi kopi. Maksimal dalam sehari, Bunga hanya dua kali minum kopi. "Selain pagi, bolehlah malam ngopi," katanya.

Demi hidup lebih baik juga, Bunga mengajak serta kekasihnya, Galih Rindra, untuk selalu mengingatkan dirinya soal makanan, olahraga, hingga cek kesehatan secara rutin.

Thinkstockphotos Ilustrasi teh hijau.

Cek kesehatan penting untuk mengetahui keadaan tubuh. Inilah yang kemudan bisa dijadikan acuan untuk mengetahui takaran makanan sehat sesuai yang Bunga butuhkan.

Sementara itu, dua tahun lebih sedikit berkasih mesra dengan Galih Rindra adalah pengalaman kebersamaan yang indah bagi Bunga. Rindra, begitu panggilan pria yang dua tahun lebih tua dari Bunga itu, selalu bersedia mengingatkan kekasihnya.

Kalau tak bisa bersua muka, kehadiran Rindra dalam bentuk kalimat yang mengingatkan takaran maksimal minum kopi, sampai jadwal joging harian selalu ada.

Namun, malam ini berbeda. Lewat halaman WhatsApp, Rindra memberi pesan. 

"Minum teh tawar hangat aja ya sebagai pengganti kopi, Yang..." bunyi tulisan Rindra yang kemudian menuntun Bunga berangkat ke dapur, untuk membuat secangkir teh tawar hangat di malam yang kian menua menuju fajar datang.


Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau