Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

14 Makanan yang Dianggap Sehat Ini Ternyata Tak Terlalu Berpengaruh

Kompas.com - 28/12/2017, 17:33 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis


KOMPAS.com – Tak ada yang menolak untuk menjadi sehat. Untuk mendapatkannya, asupan yang masuk ke dalam tubuh haruslah selektif. Vitamin, serat, dan lemak harus dikontrol agar tak menciptakan penyakit yang merugikan diri sendiri di kemudian hari.

Namun, ternyata tak semua makanan baik dikonsumsi. Apa yang kita pikir sebagai makanan sehat ternyata manfaatnya tak sesehat yang dibayangkan.

Dilansir dari Business Insider pada Jumat (22/12/2017), ahli diet terdaftar dan salah satu pendiri Dietitians for Professional Integrity, Andy Bellati, menyebutkan beberapa daftar makanan yang harus dipertimbangkan sebelum dikonsumsi.

Jus

Mengonsumsi jus terasa jauh lebih praktis daripada harus membersihkan sayur atau mengupas kulit buah terlebih dahulu. Namun, cara ini justru menghilangkan serat sebagai salah satu kandungan penting dari sayur dan buah. Serat juga membuat anda lebih kenyang sampai waktu makan besar berikutnya.

Tanpa serat, yang tersimpan di dalam tubuh adalah gula. Dalam jangka pendek, makanan tinggi gula dan rendah protein akan lebih cepat menimbulkan lapar, perubahan suasa hati, dan membuat kekurangan energi. Sedangkan dalam jangka panjang, Anda bisa kehilangan massa otot karena kekuarangan protein.

Berikan kepada buah hati Anda hanya jus yang mengandung 100 persen buah dan tanpa gula. BLOGCDN.COM Berikan kepada buah hati Anda hanya jus yang mengandung 100 persen buah dan tanpa gula.
Minyak kelapa

Minyak kelapa sangat sering digunakan untuk memasak. Secara keseluruhan, minyak kelapa memiliki kandungan kalori dan lemak seperti minyak zaitun.

Jika dibandingkan dengan satu sendok makan, minyak zaitun memiliki 1 gram lemak jenuh dan 10 gram lemak tak jenuh ganda yang sehat. Sedangkan, satu sendok makan minyak kelapa mengandung 12 gram lemak jenuh dan hanya 1 gram lemak sehat.

Para ahli gizi menyarankan untuk menghindari lemak jenuh karena terkait dengan kolesterol tinggi dan risiko diabetes tipe 2.

Minyak kelapaaedkais Minyak kelapa

Nektar agave

Sirup agave atau nektar agave adalah pemanis yang diambil dari tumbuh-tumbuhan agave. Pemanis ini lebih manid daripada gula atau madu.

Agave pernah disarankan untuk menjadi pilihan alternatif pengganti gula. Kadar indek glikemik yang rendah dan tidak menyebabkan lonjakan mendadak gula darah (glukosa) membuatnya berbeda dibandingkan dengan gula putih.

Meski demikian, agave punya jenis pemanis lain, yakni fruktosa, seperti pada sirup jagung tinggi fruktosa.

Hasil penelitian di American Journal of Clinical Nutrition pada 30 Maret 2009, dan publikasi di jurnal yang sama pada 2007, menunjukkan bahwa makanan tinggi fruktosa berkaitan dengan beberapa masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung.

Baca juga : Bagaimana Diet Makanan Cair Menyembuhkan Diabetes Tipe 2 Wanita Ini?

Tidak masalah pemanis mana yang Anda gunakan sesuai dengan berapa banyak yang Anda gunakan. "Gula adalah gula," kata Bellatti.

sirup agave atau agave nektar sirup agave atau agave nektar

Antara putih dan kuning telur

Sebelumnya, beberapa ahli gizi menyarankan untuk menghindari konsumsi kuning telur. Hal itu terkait dengan potensi kenaikan kadar kolesterol dalam tubuh.

Penelitian pun semakin berkembang. Begitu juga analisis terkait telur. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa bagi sebagian besar orang, makanan berkolesterol tak benar-benar berpengaruh pada kolekterol dalam darah. Maka, kecuali jika Anda memiliki kolesterol tinggi, alternatif konsumsi putih telur dapat dihilangkan.

Pilih makan putih telur di restoran junk food.SHUTTERSTOCK Pilih makan putih telur di restoran junk food.

Produk Rendah Lemak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com