KOMPAS.com - Puasa berkala atau berselang-seling selama 16 minggu diklaim dapat membantu manusia melawan obesitas dan gangguan metabolisme lain.
Tim peneliti pimpinan Hoon-Ki Sung dari The Hospital for Sick Children di Ontario, Kanada menyebut bahwa efek puasa ini dapat terlihat dalam waktu enam minggu.
Hasil penelitian itu sudah dilaporkan dalam jurnal Call Research yang diterbitkan Springer Nature dan ditulis oleh Kyoung-Han Kim dan Yun Hye Kim.
Puasa berkala ini diteliti pada tikus selama 16 minggu, terbukti dapat membantu metabolisme dan membakar lemak dengan menghasilkan panas tubuh.
Penelitian itu menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan gaya hidup tidak alami memainkan peran utama dalam pengembangan penyakit metabolik.
Penyakit yang terkait gaya hidup sendiri meliputi diabetes, penyakit jantung, dan obesitas. Untuk alasan tersebut, puasa berkala semakin populer untuk mengobati kondisi obesitas.
Baca: Anak Indonesia Rentan Obesitas, Apa yang Harus Dilakukan?
Dalam penelitian itu, ilmuwan ingin lebih memahami bagaimana reaksi dari intervensi puasa dapat memicu tingkat molekuler dalam tubuh.
Mereka melakukan percobaan dengan dua kelompok tikus selama enam belas minggu. Satu kelompok melakukan puasa berkala dan kelompok lainnya diberi makan teratur.
Pada kelompok tikus puasa, hewan diberi makan selama dua hari, kemudian satu hari mereka tidak diberi makan apapun. Selain itu, asupan kalori juga tidak disesuaikan.
Sementara kelompok lainnya terus diberi makan dengan jumlah kalori yang diukur.
Empat bulan kemudian, tikus dalam kelompok yang melakukan puasa berkala beratnya berkurang. Berbeda dengan tikus dalam kelompok yang terus mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang sama setiap harinya.
Bobot tubuh tikus yang berkurang di kelompok puasa berkala bukanlah satu-satunya efek dari puasa yang dilakukan.
Di sini, mereka juga terbantu dalam menurunkan lemak (adiposa) putih dan meningkatkan lemak (adiposa) coklat. Ini terlihat dalam pembakaran energi yang menghasilkan suhu panas pada tikus tinggi lemak yang berdiet.
Sistem glukosa dan insulin mereka tetap stabil. Dalam percobaan lebih lanjut, manfaat yang sama sudah dirasakan hanya dalam waktu enam minggu melakukan puasa jeda.