Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Brian Madeux, Pria Pertama di Dunia yang Disunting Gennya

Kompas.com - 17/11/2017, 20:15 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Telegraph

Adanya perkembangan perawatan di dunia medis ini masih menimbulkan pro kontra.

Tapi bagaimanapun, Dr David R. Liu dari Universitas Harvard mengatakan, percobaan ini menandai sebuah era baru.

"Uji coba sindrom Hunter yang dipimpin oleh perusahaan pertama kali merupakan pengingat bahwa kita sudah memasuki era penyuntingan genom," katanya.

"Saya harap ini dapat memberikan pendekatan terapeutik bagi pasien, dan tambahan wawasan akan perkembangan terapi penyuntingan masa depan," sambungnya.

Sementara itu, Dr Robin Lovell-Badge dari Francis Crick Institute mengatakan, perawatan setelah ini akan menjadi tantangan yang lebih kompleks.

"Ada banyak potensi saat mengobati hati dengan cara ini. Hal ini akan mengantarkan ke hal yang lebih kompleks seperti distrofi otot dan cystic fibrosis yang akan membutuhkan lebih banyak perhatian," katanya.

Teknik ini sebenarnya sudah dilakukan pernah dilakukan. Namun dalam prosedur sebelumnya, tenaga medis mengeluarkan dulu sel-sel dalam tubuh untuk diedit, sebelum dikembalikan lagi.

Cara seperti itu disebut tidak akan berhasil jika berkenaan dengan hati, jantung, dan otak. Risikonya terlalu besar.

Baca Juga: Gen Ini Membuat Gajah Terhindar dari Kanker

Dalam upaya penyembuhan pada Madeux, terapi genetik dirancang sedemikian rupa sehingga aktif hanya setelah memasuki sel hati Madeux.

"Jika berhasil seperti pada tikus, ini memiliki dampak yang besar. Saya sangat optimis kami melakukannya dengan aman dan tepat untuk terapi genetik," Dr Chester Whitley, salah satu dokter yang menangani operasi tersebut kepada BBC.

Prosedur yang sudah dilakukan pada Madeux sudah diuji keamanannya sebelum penelitian lebih lanjut dilakukan untuk pengobatan.

Jika hal ini berjalan lancar, akan ada sembilan pasien lain yang menunggu giliran mendapat pengobatan serupa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com