Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/11/2017, 18:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Mungkin, Anda berpendapat bahwa hewan dengan tubuh besar dan berumur panjang, memiliki risiko lebih besar terkena kanker. Sayangnya hal itu salah.

Menurut data statistik, gajah dan hewan besar lainnya memiliki kesempatan terkena kanker lebih kecil. Sebab, mereka sudah berevolusi untuk melindungi diri dari kanker.

Sebuah penelitian terbaru mengonfirmasi hal ini dan memperlihatkan bagaimana si belalai panjang itu melakukannya.

Dalam penelitian tersebut, terungkap bahwa ternyata gen tua dari tubuh gajah yang tidak lagi berfungsi, didaur ulang dari 'tempat rongsokan genom' yang luas.

Dengan cara ini, tubuh gajah dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap kerusakan DNA yang memungkinkan untuk mengurangi sel-sel kanker sedini mungkin.

Seperti dikuti dari laman Wired, Senin (13/11/2017), pada hewan multisel terjadi banyak siklus pertumbuhan dan perkembangan di sel. Di setiap pembelahan, sel-sel menyalin seluruh genom.

Baca Juga: Dinosaurus Terbesar Ditemukan, Bobotnya Setara Tumpukan 12 Gajah

Sering kali dalam proses tersebut terjadi kesalahan yang menyebabkan mutasi sel. Mutasi ini kemudian menyebabkan kanker.

Hal inilah yang membuat orang berpikir semakin besar tubuh hewan (semakin banyak jumlah selnya) akan meningkatkan risiko kanker. Tapi, hal itu tidak ditemukan oleh para ilmuwan yang sudah meneliti berbagai spesies dengan berbagai ukuran tubuh.

Mereka menemukan bahwa kanker tidak berkolerasi dengan jumlah sel dalam organisme atau umurnya. Hal ini juga diungkapkan oleh ahli epidemologi kanker, Profesor Richard Peto, pada tahun 1970-an, dan teorinya dikenal sebagai paradoks Peto.

Faktanya, para peneliti justru menemukan bahwa mamalia yang diketahui berumur panjang berisiko kecil memiliki kanker. Misalnya, hewan besar seperti gajah tidak memiliki tingkat kanker yang tinggi karena telah mengembangkan mekanisme penekanan kanker dalam tubuh.

Pada 2015, Joshua Schiffman dari Universitas Pendidikan Kesehatan Utah dan Carlo Maley dari Universitas Arizona, Amerika Serikat memimpin penelitian yang menunjukkan bahwa genom gajah memiliki 20 duplikat ekstra gen p53 (disebut juga guardian angel gene karena peran proteinnya dalam menjaga sel dari mutasi genetik akibat kerusakan DNA, red).

Dari penelitian tersebut mereka mengatakan salinan tambahan p53 berkorelasi dengan kemampuan gajah meningkatkan risiko terkena kanker.

Vincent Lynch, ahli genetika dari Universitas Chicago juga penasaran akan hal ini. Dia membuktikan, salinan tambahan p53 bukan satu-satunya pelindung dari kanker yang dimiliki gajah.

Baca Juga: Kematian Gajah di Aceh Terindikasi Disengaja

Dia membuktikan bahwa gajah dan kerabat mereka yang lebih kecil (seperti gyraxes, armadillo, dan aardvarks) juga memiliki salinan duplikat gen LIF (leukimia inhibitory factor) yang dapat mencegah leukimia. Protein ini biasanya terlibat dalam kesuburan dan reproduksi untuk merangsang pertumbuhan sel induk embrio.

Penelitian yang sudah dipresentasikan dalam Pan-American Society for Evolutionary Developmental Biology di Calgary, Amerika Serikat pada bulan Agustus 2017 dan sudah dipublikasikan di biorxiv.org itu menemukan ada 11 duplikat LIF yang berbeda satu sama lain, tapi semuanya belum lengkap.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau