Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus Rat Tidak Mati Dibunuh Kucing, Ini yang Mereka Lakukan

Kompas.com - 28/09/2018, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Tikus kota atau tikus rat berkurang di perkotaan karena hadirnya kucing. Mungkin anggapan itulah yang melekat di pikiran kita, namun benarkah demikian?

Menurut sekelompok ilmuwan yang mendokumentasikan interaksi antara kucing dan tikus rat, fakta di lapangan berbeda dengan pandangan umum. Bahkan, studi mereka menyebut bahwa kucing bukan pemangsa tikus rat yang andal.

Para ahli dalam studi ini memantau perilaku dan gerakan dari microchip tikus rat di hadapan kucing yang tinggal dalam satu area. Ternyata, tikus rat sangat lincah dalam menghindari kucing dan ahli hanya mencatat ada dua tikus rat yang mati ditangkap kucing dalam 79 hari.

Baca juga: Bisa Melihat di Malam Hari, Ini yang Sebenarnya Terjadi pada Tikus

Dalam laporan yang terbit di Frontiers in Ecology and Evolution, studi ini menambah bukti bahwa kucing tidak bisa mengontrol tikus rat di perkotaan. Hal ini lebih sulit dilakukan dibanding menggunakan kucing untuk mengancam burung atau satwa lainnya.

"Seperti setiap mangsa, tikus rat menghindari risiko predasi. Saat bertemu kucing, mereka membuat dirinya sulit terlihat dan memilih menghabiskan banyak waktu di liang. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah menggunakan kucing untuk mengontrol jumlah tikus rat di kota sepadan dengan risiko yang diakibatkan kucing terhadap satwa lain," kata pemimpin penelitia Dr. Michael H. Parsons di Fordham University.

Diwartakan Phys.org, Kamis (27/9/2018), studi yang dilakukan ahli dari Australia dan AS menemukan bahwa kucing lebih menyukai mangsa yang lebih kecil dan lebih lemah, seperti burung atau tikus got yang berukuran lebih kecil.

"Hingga saat ini belum ada data tentang jumlah tikus rat kota yang dibunuh kucing. Namun data tentang efek kucing pada satwa liar kecil sudah jelas," kata rekan penulis Michael A. Deutsch dari Arrow Exterminating Company Inc.

Saat kucing liar menyerbu pusat daur ulang limbah New York City, para ahli mengambil kesempatan itu untuk mengumpulkan informasi.

Tim sebelumnya telah mempelajari kelompok tikus rat yang jumlahnya lebih dari 100 ekor dengan michrochip. Saat kucing memasuki area penelitian, ahli mengatur kamera perekam menjadi motion-capture untuk mengukur reaksi kucing pada tikus rat. Pengamatan ini adalah yang pertama dilakukan dalam lingkungan alami.

"Kami ingin tahu apakah kehadiran kucing memengaruhi jumlah tikus rat. Kami juga penasaran apakah kehadiran kucing memiliki efek pada perilaku dan gerakan tikus," ujar Parsons.

Ada 306 video yang diambil selama 79 hari. Meski ada tiga kucing aktif di lingkungan koloni tikus setiap hari, hanya ada 20 kejadian menguntit, tiga percobaan pembunuhan, dan dua tikus rat mati dibunuh kucing.

Kedua tikus rat yang mati terjadi ketika kucing menemukan persembunyian mereka. Sementara dalam upaya pengejaran ketiga, kucing mendadak kehilangan minat.

Video itu juga menunjukkan bahwa selama kucing berkeliaran di sekitar area pengamatan, tikus rat akan jarang muncul dan lebih memilih tinggal di tempat persembunyian.

"Kehadiran kucing membuat tikus rat enggan menampakkan diri di hari yang sama atau berikutnya. Sementara kehadiran manusia tidak memengaruhi penampakan tikus," kata Parsons.

"Tikus rat memiliki bobot tubuh sekitar 330 gram, jauh lebih berat dibanding burung kecil dengan berat 15 gram atau tikus got seberat 30 gram. Dengan demikian, kami menemukan ada tingkat predasi yang rendah pada tikus rat," jelas Parsons.

"Kami tidak mengatakan kucing tidak akan mengejar tikus rat atau tikus kota. Mereka akan melakukannya dalam kondisi terdesak seperti kelaparan dan tidak ada mangsa lainnya," imbuh Deutsch.

Baca juga: Tak Seperti di Kartun, Anjing dan Kucing Bukan Musuh Bebuyutan

Temuan ini menjelaskan, saat manusia melepaskan kucing untuk mengendalikan jumlah tikus rat dan hewan pengerat seperti menghilang, itu bukan karena kucing telah membunuh tikus tetapi karena tikus rat mengubah kebiasaan mereka utuk menghindari kucing.

Tim berencana akan terus mengumpulkan data sebagai bagian dari studi jangka panjang dan akan memperbarui temuan mereka saat ada informasi baru.

"Kita masih memerlukan banyak studi untuk memahami masalah tikus kota, kami berharap studi kami memicu ahli lain untuk melakukan penlitian serupa di tempat lain," kata Parsons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau